Pada era 1960an awal, seiring dengan perintah Presiden untuk pembangunan kawasan sekitar Monas, maka kawasan sekitar Monas akan dijadikan tanah lapang agar tidak menghalangi pemandangan Monas. Hal ini termasuk meratakan Stasiun Gambir serta melepas seluruh jaringan LAA/Bovenleidingen di rel sekitar Monas, dalam hal ini petak Gondangdia-Gambir-Sawahbesar.
Pada Oktober 1965, persiapan untuk membongkar jaringan LAA mulai dilakukan. Pondasi-pondasi tiang LAA mulai dibobok, serta pekerjaan persiapan penggulungan kabel dimulai. Pada 1 Desember 1965, pekerjaan penggulungan kabel LAA dimulai. Pekerjaan penggulungan kabel selesai pada Hari Natal 1965. Keesokan harinya/26 Desember 1965, pengerjaan pembongkaran tiang LAA dimulai. Antara 26 Desember 1965 hingga 12 Januari 1966, total 42 buah tiang LAA telah dibongkar, sebelum pekerjaan pembongkaran dihentikan. Pembongkaran tiang sendiri menemui kesulitan, yakni beberapa tiang masih digunakan untuk menopang kabel telekomunikasi dan masih harus menunggu pembongkaran bangunan Stasiun Gambir. Pembongkaran dihentikan sejak 12 Januari 1966, dan seiring dengan pergantian rezim Orde Lama ke Orde Baru, gagasan untuk meratakan area sekitar Monas dihentikan, meninggalkan jaringan LAA antara Gondangdia-Sawahbesar yang sudah dilepas. Akibat pembongkaran, perjalanan Lok Listrik maupun KRL dari Bogor hanya sampai Stasiun Manggarai saja.
Pada pertengahan 1967, gagasan untuk memasang kembali LAA yang dibongkar muncul. Hal ini mempertimbangkan pola dinasan lokomotif, operasional KA di sekitar Manggarai, serta peningkatan daya kerja Pusat Listrik. Perencanaan telah dibuat, serta langkah-langkah awal sudah diambil. Namun, karena ketiadaan biaya, rencana ini tidak dilanjutkan kembali. Selain itu, tarif dasar listrik juga mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini membuat biaya operasional Lok Listrik menjadi lebih mahal dari Lok Diesel dan Lok Uap, yang membuat rencana pemasangan LAA dapat dikesampingkan untuk sementara.
Setahun kemudian, gagasan untuk memasang kembali LAA antara Gondangia-Sawahbesar muncul kembali. Kali ini, usulan ini ditanggapi secara serius oleh Kepala Eksplotasi Barat/KEBT waktu itu, Ir. Soemali. Selain keinginan untuk meningkatkan frekuensi perjalanan KA dan teknis operasional KA, pelaksanaan rencana ini juga didukung dengan kenaikan harga minyak yang ikut mendongkrak biaya operasional Lok Diesel dan Lok Uap berbahan bakar minyak residu. Rencana pembiayaan untuk proyek ini dibagi menjadi 2, yakni pembuatan pondasi tiang baru dan pekerjaan yang berkaitan dengan Jalan/Bangunan akan dilaksanakan oleh Dinas Jalan dan Bangunan dengan sumber dana Non-Pelita. Pengerjaan lain sendiri menjadi ranah Dinas Traksi yang dimasukkan ke dalam proyek Pelita I.
Pengerjaan dimulai pada awal Oktober 1969. Selama Oktober hingga November 1969, dilakukan pembangunan pondasi tiang LAA baru sebanyak 13 buah, serta perbaikan pondasi lama yang masih dapat digunakan sebanyak 32 buah. Pendirian tiang sendiri dilakukan mulai 12 November 1969 hingga sekitar Februari 1970. Pada 22 Desember 1969 hingga 27 Desember 1969, dilakukan pemasangan kabel pikul dan kawat trolley/rijraad dan bagian-bagiannya pada petak jalan Gondangdia-Gambir (2 sepur). Kemudian pada 2 Januari 1970 hingga 10 Januari 1970 dilakukan pemasangan kabel pikul dan kawat trolley/rijraad dan bagian-bagiannya pada petak jalan Gambir-Sawahbesar (2 sepur).
Pemasangan kabel pikul dan kawat trolley/rijraad dan bagian-bagiannya di emplasemen Gambir dilakukan mulai 18 Januari 1970 hingga awal 1970. Pemasangan di emplasemen Gambir sendiri menemui kesulitan seiring dengan rumitnya emplasemen Gambir yang memiliki wesel Inggris. Dilakukan juga pekerjaan-pekerjaan penyesuaian pada kabel LAA yang telah terpasang.
Pada 17 Februari 1970, dijalankan KLB untuk menguji coba kedudukan kawat trolley terhadap rel. KLB ini terdiri dari lok listrik WH 204 yang ditarik C300 16. WH204 sendiri ditarik dengan posisi pantograf naik. Dari perjalanan KLB ini, diketahui beberapa titik masih perlu perbaikan. Setelah perbaikan selesai, listrik 1500 Volt DC kemudian dialirkan.
Setelah LAA dialiri listrik, pada 12 Maret 1970 kembali dilakukan uji coba menggunakan KLB. KLB terdiri dari lok listrik WH 205 yang menarik BB201 03. BB201 03 sendiri dalam posisi hidup untuk mengantisipasi apabila WH 205/Jaringan LAA mengalami gangguan. Dari uji coba, diketahui beban atas rata-rata sebesar 100 Ampere. Bidang kontak kawat trolley sendiri dalam keadaan sangat kotor karena lama tidak digunakan, dan menimbulkan bunga api saat dilewati WH 205. KLB juga melakukan uji coba di emplasemen Gambir. Seluruh jalur di Gambir diuji coba, kecuali jalur 4 yang tidak dapat dilalui karena kabel LAA terhalang bangunan atap peron baru. Dua hari kemudian, pada 14 Maret 1970 dilakukan uji coba kembali dengan WH 205, sekaligus untuk membersihkan bidang kontak kabel trolley.
Pada 21 Maret 1970, lok BBC 4 digunakan untuk menarik sebuah rangkaian KA dari Manggarai menuju Jakarta Kota. Rangkaian ini kemudian diberangkatkan dari Jakarta Kota menuju Bogor sebagai KA 302. Rangkaian ini menjadi rangkaian KA Penumpang pertama yang ditarik lok listrik yang melewati petak Gondangdia-Sawahbesar sejak jaringan LAA dibongkar pada 1965. Hanya satu rangkaian yang ditarik Lok Listrik yang melewati petak ini hingga 25 Maret 1970, dengan lok yang berdinas :
-WH 205 (22 Maret 1970)
-WH 206 (23 Maret 1970)
-BBC 4 (24 Maret 1970)
-WH 205 (25 Maret 1970)
Pada 26 Maret 1970, dua lok listrik digunakan untuk menarik dua rangkaian KA Penumpang melewati lintas ini, yakni WH 205 dan BBC 4. Keesokan harinya, pada 27 Maret 1970, digunakan tiga lok yang menarik tiga rangkaian, yakni WH 205, WH 202, dan BBC 4. Setelahnya, lalu lintas sarana bertenaga listrik antara Manggarai-Jakarta kembali normal seperti sebelum Oktober 1965.
Daftar Pustaka :
Pelita I, PN Kereta Api Eksplotasi Barat. 1970. Karya Pustaka:Jawa Barat