Menu Tutup

Angkutan Pasir Kwarsa

BB301 27 dengan KA Pasir Kwarsa kosongan di Purwosari. Foto : Bpk. Harriman Widiarto

Pasir Kwarsa sempat menjadi komoditas unggulan selama beberapa puluh tahun sebelum akhirnya distop. Pasir Kwarsa diangkut dari Jatirogo, Tuban menuju Pabrik Semen Nusantara/Holcim di Karangtalun, Cilacap.

Angkutan Pasir Kwarsa dimulai pada 1979. Pengisian muatan dilakukan di Jatirogo, dan kemudian ditambah di Pamotan. Awalnya, KA ini menggunakan gerobak gandar 2 jenis YW/YR yang kapasitasnya 12/15 ton. KA ini merupakan KA Barang yang cukup menjanjikan, dimana proyeksi muatan hariannya dapat mencapai 1500 ton.

BB300 01 melangsir rangkaian KA Pasir Kwarsa di Jatirogo. Foto : Bpk. Harriman Widiarto

Karena proyeksi muatan cukup besar, dilakukan rekayasa agar selalu tersedia gerbong untuk dimuati. Hal ini dilakukan karena waktu peredaran gerbong (WPG) cukup lama dan terbatasnya jumlah gerbong yang dapat digunakan. Salah satu caranya adalah memanfaatkan rangkaian KA Semen Nusantara yang selesai bongkar. Rangkaian KA Semen yang kosong ini kemudian ditarik ke Jatirogo dan dimuati pasir, dan kemudian dijalankan kembali ke Karangtalun. Selain itu, jenis rangkaian yang digunakan juga dibuat bervariatif, dengan dimasukkannya gerbong tertutup jenis GR/GW, GL, dan TW/TR. Rangkaian dengan gerbong tertutup ini terkadang “disasarkan” terlebih dahulu ke Stasiun Indro untuk dimuati pupuk tujuan Jatirogo/Pamotan, baru kemudian di Jatirogo/Pamotan muatannya diturunkan dan diganti pasir kwarsa. Pasir yang dimuat sendiri langsung dimasukkan ke gerbong tertutup jenis GR/GW/GL yang sebelumnya pintunya diberi pembatas papan agar pasir tidak berhamburan keluar.

BB201 (kemungkinan BB201 01) menarik rangkaian Pasir Kwarsa kosongan. Foto : Alm. M.V.A Krishnamurti

Pola operasi KA ini juga terhitung unik. Karena lok “besar” tidak dapat masuk ke lintas Jatirogo-Bojonegoro, maka lok diganti di Bojonegoro. BB300/D301 kemudian menarik rangkaian di lintas Jatirogo-Bojonegoro. KA Pasir Kwarsa menggunakan BB200 dari Bojonegoro hingga Gundih, kemudian diganti BB201 yang meneruskan perjalanan hingga Karangtalun. Namun di kemudian hari, seiring tumbangnya BB201, BB200 mengambil alih dinasan KA ini hingga Karangtalun.

Sayangnya, volume angkutan justru menurun di kemudian hari. Lintas Bojonegoro-Jatirogo kondisinya semakin parah akibat minimnya perawatan, hingga akhirnya lintas ini ditutup sekitar tahun 2000. Ditutupnya lintas Bojonegoro-Jatirogo membuat bongkar muat dialihkan ke Bojonegoro. Tahun 2000 juga gerobak terbuka gandar 4 jenis YYW/YYR mulai digunakan. Frekuensi KA ini terus menurun, dengan terkadang KA tidak dijalankan atau dibatalkan karena tidak ada lokomotif atau karena tidak ada muatan. KA ini akhirnya dihapus tahun 2006 silam.

GB 30 64 19, salah satu sisa gerbong KA Pasir Kwarsa yang saat ini mangkrak di Stasiun Gundih

 

1 Comments

  1. Robby Furqon

    Mas, mungkin bisa ditambahkan soal kereta barang pasir kwarsa yang sempat melayani jalur antara Stasiun Brambanan hingga Stasiun Karangtalun pada tahun 2010-an awal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini