Menu Tutup

BB300, Si Lincah yang Dapat Diandalkan

Koleksi Yoga Cokro Prawiro

Pada 1956, Krupp memenangkan tender dari DKA/Djawatan Kereta Api. Tender yang dimenangkan Krupp adalah tender pengadaan 60 unit lokomotif yang terdiri dari 30 unit lokomotif untuk jalur utama, dan 30 lokomotif untuk dinasan langsir dan jalur cabang. Lok untuk jalur utama inilah yang menjadi BB300, sementara lok langsir menjadi D300. Kedua jenis lok ini merupakan lok diesel hidrolik pertama di Indonesia, hadir hampir bersamaan dengan BB200. BB300 diberi nama pabrik M700BB. BB300 memiliki berat kosong 34,5 ton, dan berat siap 36,5 ton. Tekanan gandarnya 9,125 ton. Dengan tekanan gandar yang cukup ringan, BB300 dapat juga digunakan untuk dinasan di beberapa lintas cabang. BB300 sendiri tergolong sebagai lok sedang, tidak terlalu besar, tidak terlalu berat, namun masih cukup bertenaga.

Fisik

BB300 memiliki lebar body 2720 mm, tinggi 3700 mm, dan panjang (termasuk alat perangkai) 11890 mm. BB300 memiliki kabin yang terletak agak ke tengah badan lok, tidak di ujung. Desain kabin BB300 sendiri sama dengan kabin D300 dan D301. Konstruksi kabin BB300 sendiri cukup unik. Pertama, kabin dihubungkan dengan body menggunakan sebuah sambungan karet. Kedua, kabin BB300 menggunakan atap ganda untuk memperlancar aliran udara ke kabin. Selain itu, di bagian bawah kabin terdapat insulasi berupa lembaran karet yang cukup tebal. Bagian depan kabin (sisi panjang) diisi oleh mesin, sementara bagian belakang kabin diisi oleh radiator.

Koleksi Yoga Cokro Prawiro

BB300 menggunakan bogie non-bolster, dengan keping roda model jeruji. BB300 telah menggunakan roller-bearing, dengan merk SKF. Bogie BB300 diperkuat pada beberapa bagiannya, diantaranya pada bagian box transmisi. Untuk alat perangkai/coupler, digunakan alat perangkai otomatis tipe Henricot, yang dapat dipasangi perdijk/adapter untuk menyambung ke alat perangkai tipe ganco.

Mesin

BB300 menggunakan mesin Daimler-Benz tipe 820B 12 silinder V, yang menghasilkan 680 daya kuda (dk) pada 1500 rpm. Mesin dengan bobot 2450 kg ini terhitung cukup canggih pada zamannya. Mesin ini memiliki mekanisme failsafe, dimana apabila tekanan oli kurang dari 1,5 kg/cm2 mesin akan mati secara otomatis. BB300 sudah menggunakan starter elektrik untuk menyalakan mesinnya, dengan perangkat starting, dynamo, dan injeksinya dibuat oleh Bosch. Untuk filter udara, digunakan dua filter besar buatan Mann&Hummel. Kipas radiatornya digerakkan secara hydrostatic dan dikontrol oleh thermostat, dimana kecepatan putaran kipas diatur oleh suhu air. Tangki untuk system hidrostatik ini diletakkan di belakang kabin, disamarkan dengan tutup yang bentuknya mirip cerobong asap.

BB300 menggunakan coupling fleksibel buatan Vulkaan, yang tersambung ke mesinnya. Coupling ini terhubung pada gardan pendek yang terhubung ke torque converter. Dua buah torque converter, tipe Krupp-Lysholm W1LI-15 dipasang pada BB300. Dua converter ini masing-masing menggerakkan satu bogie. Sistem seperti ini disebut sebagai bi-linear hydraulic transmission oleh Krupp. Pergantian speed-gear pada BB300 diatur secara hidrolis, dimana tingkat kecepatan meningkat setiap 31-32 km/jam. Sedangkan gear mundur dioperasikan secara pneumatic. BB300 dilengkapi dengan sistem rem vakum untuk rem rangkaiannya, sedangkan untuk rem lokomotif menggunakan rem udara tekan buatan Knorr.

Dinasan

Sebelum dikirim ke Indonesia, BB300 01 sempat ditampilkan di Brussels Railway Expo yang diselenggarakan di Brussels, Belgia, pada April 1958. BB300 baru tiba di tanah air pada pertengahan 1958. Unit pertama yang didinaskan adalah BB300 03. Ujicoba dilaksanakan di lintas Tanahabang-Merak. BB300 03 juga sempat digunakan untuk membawa Bung Karno ke Rangkasbitung. Beberapa unit BB300 sempat menggunakan livery yang cukup unik di era 1960an, yakni kuning polos dengan bagian muka depan/belakang diberi garis-garis hitam. Untuk penempatan lok ini pada awalnya kemungkinan dibagi dua dipo, Bukitduri/Tanahabang dan Bandung. BB300 sempat diandalkan di lintas Tanahabang-Merak sebelum digantikan perannya oleh BB303 sekitar 1973. BB300 milik Tanahabang kemudian mulai disebar ke Dipo lain, walaupun masih ada BB300 di Tanahabang hingga era 1980an.

Livery kuning polos dengan garis-garis hitam pada bagian ujung lokomotif

Salah satu Dipo Lokomotif yang mendapat limpahan BB300 adalah Purwokerto. Purwokerto mendapatkan beberapa unit BB300, salah satunya BB300 16. Di Purwokerto, BB300 digunakan untuk dinasan di lintas cabang Purwokerto-Wonosobo. Tekanan gandar BB300 cukup ringan, dan BB300 mampu melewati lengkung tajam di lintas ini.  BB300 juga sempat digunakan untuk membawa peralatan saat pembangunan PLTA Mrican/Waduk Jenderal Soedirman Banjarnegara. Selain Purwokerto-Wonosobo, BB300 juga digunakan di lintas Banjar-Cijulang, dimana BB300 lebih cocok digunakan di lintas ini dibandingkan D300 atau D301. Hal ini karena D300 dan D301 tidak mampu menaklukkan tanjakan curam di lintas ini, yang membuat operasi kedua lok ini terbatas hingga Kalipucang saja. BB300 dapat menaklukkan tanjakan curam di lintas ini, membuat lok ini dapat membawa KA hingga Cijulang. Penggunaan lokomotif diesel di lintas Purwokerto-Wonosobo dan Banjar-Cijulang sendiri didasari pada pensiunnya lok-lok uap yang biasa melayani jalur ini, seperti C14 (Purwokerto-Wonosobo) dan BB10 (Banjar-Cijulang). Menurut Bapak Nurcahyo, railfan senior, BB300 sempat dicoba untuk berdinas di jalur Labuan-Rangkas menggantikan B51. Namun, kondisi lintas tersebut malah menjadi semakin buruk saat dimasuki BB300. Perawatan lintas yang minim membuat lintas ini tidak mampu menahan berat BB300, yang membuat kondisi lintas ini menjadi semakin parah. BB300 juga sempat diujicoba masuk hingga Tempel dan Bantul di Yogyakarta.

Selain dinasan di jalur cabang, BB300 juga digunakan untuk dinasan di lintas utama. Salah satu KA yang dinasannya menggunakan BB300 adalah KA Lokal Jakarta-Merak. BB300 juga sempat digunakan sebagai lok dinas KRD Jombang pada tahun 1987/88, menggantikan KRDH seri 302. KRD Jombang sendiri merupakan perpanjangan KRD Mojokerto. KRD Mojokerto diluncurkan sebagai program angkutan komuter Gerbangkertasusila. Atas permintaan Pemerintah Kabupaten Jombang, KA ini diperpanjang ke Jombang walaupun hanya 1 PP saja. Pola operasinya : pagi hari berangkat dari Jombang, setiba di Surabaya berbalik arah menuju Mojokerto, dari Mojokerto kembali ke Surabaya, lalu dari Surabaya kembali ke Jombang di sore hari. Lok dinasan KRD Jombang diistirahatkan di Dipo Lokomotif Kertosono, dengan terkadang digunakan untuk dinasan langsir malam di Kertosono.

Selain di Jawa, BB300 juga sempat menjelajah rel Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Kedatangan BB300 di Sumatera Utara didasari atas buruknya kondisi lokomotif uap di Sumatera Utara pada awal 1960an. Banyak kejadian lok mogok, yang membuat kereta terhambat perjalanannya hingga 3-4 jam. Permasalahan ini telah diutarakan kepada Balai Besar PNKA, namun masih belum ada solusi yang memuaskan. Akhirnya, pada awal Februari 1965, serombongan pengurus SBKA Sumatera Utara (Serikat Buruh Kereta Api) datang ke Jakarta untuk bertemu Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan Pariwisata (PDTP), Letnan Jenderal Hidajat. Menteri PDTP berjanji akan melakukan dieselisasi di Sumatera Utara pada Januari 1966. Selain itu, Menteri PDTP juga berjanji akan meminta Kepala PNKA mengirimkan 4 unit lok diesel beserta suku cadangnya. Hal ini terwujud pada September 1965, saat 2 unit BB300 menginjakkan kakinya di Sumatera Utara. BB300 resmi menjadi lok diesel pertama yang hadir di Sumatera Utara. Kemudian pada Oktober 1965, 2 unit BB300 kembali tiba di Sumatera Utara. Total 15 unit yang dikirim ke Sumatera Utara, yakni BB300 09, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 21, 23, dan 24. Namun, 9 unit dikembalikan ke Jawa seiring dengan datangnya lok-lok diesel baru di Sumatera Utara. Jumlah akhir BB300 di Sumatera Utara sendiri 6 unit, yakni BB300 09, 10, 13, 14, 19, dan 21. Keenamnya menjadi asuhan Dipo Lokomotif Medan. Unit untuk Medan diambil dari Dipo Jember dan Tanahabang. Saat proses repower BB300 berjalan pada 1984, hanya BB300 13 saja yang dipulangkan ke Jawa, sisanya tetap tinggal di Sumatera Utara dan tidak mendapat paket repower. Kemungkinan besar, BB300 13 ditukar dengan 3 unit D301. Menurut salah satu sumber, BB300 milik Medan di era 1970an sudah hanya digunakan untuk dinas langsir maupun dinasan jarak pendek. BB300 milik Medan masih tercatat pada Alokasi Lokomotif 1991, namun seluruhnya berstatus TSGO (Tidak Siap Guna Operasional).

Eksplotasi Sumatera Barat mendapatkan 4 unit BB300 pada 1973. Keempatnya adalah BB300 07, 08, 15, dan 29. BB300 merupakan lokomotif diesel pertama yang menginjakkan kakinya di Sumatera Barat. BB300 di Sumatera Barat awalnya digunakan untuk dinasan KA Penumpang di lintas Padang-Lubuk Alung-Naras. Tugas menarik KA Penumpang ini diambil alih BB303 saat BB303 didatangkan ke Sumatera Barat. BB300 juga sempat digunakan untuk dinasan KA Semen Padang di lintas Indarung-Bukit Putus. Keempat unit BB300 ini dikembalikan ke Jawa untuk direpower, dan tidak kembali ke Sumatera Barat. Keempat BB300 alumni Sumatera Barat ini tercatat sudah menjadi milik Dipo Lok Tanahabang pada 1986.

Pada periode 1983-1988, BB300 menjalani repower di Balai Yasa Yogyakarta. Unit pertama yang direpower adalah BB300 03 milik Dipo Purwosari. BB300 03 telah masuk di Balai Yasa Yogyakarta sejak 15 November 1974, namun proses repowernya baru dimulai pada 1982. BB300 03 selesai direpower pada 08 Maret 1983. Namun, hanya 21 unit lokomotif yang direpower. 5 lokomotif yang berada di Sumatera Utara tidak direpower, sementara 4 unit sisanya sudah tidak lagi beroperasi saat proses repower dimulai. Unit terakhir yang direpower adalah BB300 29 milik Dipo Tanahabang, yang selesai dikerjakan pada 07 September 1988. Ujicoba repower dilakukan di lintas Yogyakarta-Solo/Kutoarjo, dengan menarik 7 kereta. Hasil repower sendiri cukup memuaskan, dimana BB300 mampu menarik 9 kereta di jalan datar dengan kecepatan maksimal 75 km/jam.

Pada 1986, terdapat 4 unit BB300 yang telah berhenti beroperasi. Keempatnya yakni BB300 11, BB300 18, BB300 20, dan BB300 25. BB300 18 dinyatakan afkir per 10 Oktober 1986, sementara sisanya telah menghilang terlebih dahulu. Belum jelas mengapa empat lokomotif ini harus diafkirkan lebih dulu. Apakah karena terlibat kecelakaan parah, atau karena faktor lain. Jumlah BB300 yang aktif di Jawa per 1991 tercatat sebanyak 21 unit yang tersebar di Dipo Tanahabang, Cepu, Purwokerto, Solo Balapan, Bandung, Sidotopo, dan Jember. Satu lok, BB300 05 sempat dicat dengan livery ala CC203. Lok milik Depo Poncol ini digunakan di sekitar Semarang.

BB300 05 yang sudah tidak didinaskan lagi, 2005 (Foto : Bpk. Yoshapat S./Bang Yos)

Jumlah ini menyusut secara signifikan pada 2001, dimana hanya tersisa 10 unit yang masih aktif. Kesepuluh lok ini adalah BB300 01, BB300 12, dan BB300 24 di Cepu, BB300 07 dan BB300 08 di Tanahabang, BB300 03 dan BB300 06 di Solo Balapan, BB300 02 di Sidotopo, BB300 29 di Jember, BB300 16 di Purwokerto, serta BB300 13 dan BB300 17 di Bandung. Dinasan BB300 di era 2000an sudah terbatas pada langsiran serta dinasan KA Feeder di lintas Purwosari-Wonogiri dan Kutoarjo-Purworejo. Jumlah ini semakin menyusut, hingga menyisakan BB300 13 dan BB300 24 saja yang masih dapat digunakan pada 2022. BB300 13 sendiri nomornya ditukar menjadi BB300 29, dan saat ini berada di Balai Yasa Yogyakarta. BB300 24 berada di Depo Tegal, dan masih sesekali dipanaskan.

BB300 24, dipotret saat menuju Depo Pertamina Cepu. Foto : Bpk. Lie Tjeng Chiao

2 Comments

  1. Naufal

    BB300 yang terakhir kali hidup punya Depo Cepu nomor berapa ya, dulu waktu kecil ada foto nya yang terakhir hidup nomornya BB3005807 tapi kok nomor punya Tanahabang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini