Kondisi Kereta Pertama KA 84 yang hancur, serta BB203 26 yang kabinnya hancur (Antara, dimuat pada Bali Post, Senin, 23 Mei 1994)
Jumat, 20 Mei 1994, dinihari. Stasiun Arjawinangun mendadak riuh. KA 73 Senja Ekonomi Solo tujuan Tanahabang masuk ke jalur 3. CC201 30 berdehem dalam dinginnya malam, menarik KA 73 masuk ke jalur 3. Di Arjawinangun, KA 73 harus bersilang dengan KA 84 Tegal Arum, serta menunggu untuk disusul Bima. Dari arah Jakarta, sorot lampu berpendar membelah malam. KA 84 akan segera tiba, ditarik BB203 26. Sorot lampu KA 84 semakin terang, tanda jika KA semakin dekat. KA 84 seharusnya masuk ke jalur 1. Namun, sorot lampu KA 84 justru berbelok menuju jalur 3. Tragedi terjadi. Pukul 02.23, KA 84 menabrak KA 73 yang terparkir di jalur 3. Suara benturan keras menggema, diiringi dengan teriakan orang-orang yang kaget karena kedua KA tiba-tiba bertabrakan.
Kereta pertama KA 84 hancur, terdorong ke depan, ikut menghancurkan kabin BB203 26. 8 orang meninggal dunia seketika. Sejurus setelah kedua KA bertabrakan, teriakan-teriakan meminta pertolongan ataupun teriakan kesakitan segera terdengar. Orang-orang segera berlarian, menolong sebisanya. Dari reruntukan kedua KA, 54 orang ditolong dalam keadaan luka berat, sementara 69 orang lainnya luka ringan. Diantara korban luka, seorang anak kecil, TJ, menangis. Kedua orang tua serta kakaknya meninggal dunia saat kedua KA bertabrakan. Keluarga yang malang ini sedang pulang kampung menuju Tegal. Rencananya, setelah dari Tegal, keluarga ini akan melanjutkan perjalanan ke Miri, Brebes, kampung halaman sang ayah. Naas, ayah, ibu, dan kakak perempuan meninggal dunia, meninggalkan TJ yang menangis kesakitan diantara reruntuhan kereta pertama KA 84. Bersama dengan korban lainnya, TJ dibawa ke RSUD Gunung Jati. Sebagian korban dibawa ke RSUD Arjawinangun. Kemudian hari, atas permintaan keluarga, ada juga korban yang dibawa ke RS Islam dan RSUD Kardinah Tegal.
Belum ada informasi pasti terkait penyebab peristiwa ini. Kemungkinan besar, awak KA 84 lalai sehingga menerobos sinyal masuk Arjawinangun yang menunjukkan kedudukan tidak aman. Baik masinis maupun asisten masinis KA 84 memberikan keterangan yang sama saat diperiksa, mereka mengantuk sesaat sebelum memasuki Arjawinangun. Hal ini memperkuat dugaan jika kedua awak KA 84 sempat tertidur ataupun tidak fokus, sehingga melanggar sinyal masuk. Sekalipun kabin BB203 26 hancur, masinis dan juru api selamat, hanya mengalami luka ringan.
Mendengar kisah pilu TJ yang kehilangan orang tua dan kakak perempuannya, Bupati Brebes, Syamsuddin Sagiman tersentuh. Ia menawarkan agar TJ menjadi anak angkatnya. Namun, keluarga TJ masih bimbang. Keluarga masih mempertimbangkan apakah nenek TJ berkenan merawatnya, mengingat sang nenek juga kesepian karena menjanda, dan sedang berduka karena ditinggal anak lelakinya. Belum diketahui bagaimana kelanjutan tawaran Bupati Brebes ini.

Untuk mengevakuasi sarana yang rusak, Perumka mendatangkan dua Crane “Kumbokarno” ke lokasi. Kereta yang tidak rusak segera ditarik agar tidak menghalangi proses evakuasi. Kedua lokomotif dipisahkan untuk selanjutnya dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta. Kereta pertama KA 84 sendiri tidak selamat karena hancur.
Referensi
Bali Post, Senin, 23 Mei 1994
Berita Yudha, Senin, 23 Mei 1994
Berita Yudha, Selasa, 31 Mei 1994