Menu Tutup

CL-8500, Si Lantai Lekuk

Saat baru diselesaikan oleh Werkspoor, Belanda. Koleksi Bpk. Harriman Widiarto, discan oleh Yoga Cokro Prawiro

Seiring dengan pembentukan Djawatan Kereta Api pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia mulai mengadakan pembelian sarana kereta api untuk menggantikan sarana yang sudah uzur maupun rusak/hancur selama Perang. Salah satu sarana yang pertama dibeli oleh Pemerintah RI adalah Kereta Kelas 3 Seri CL-8500 yang memiliki bentuk fisik yang spesial.

Berbeda dengan kereta-kereta peninggalan Belanda, CL-8500 memiliki rangka dan dinding kereta yang dibuat dari baja. Bagian ujung kereta dibuat lebih kuat dan berat untuk meredam benturan apabila terjadi benturan kuat. DKA membeli 100 unit CL-8500 dari Werkspoor dan J.J Bejnes pada 1950. Kereta-kereta ini mulai tiba pada 1952, dengan unit terakhir tiba pada 1953.

CL-8500 memiliki desain berbeda dengan kereta lainnya. Bagian tengah kereta dibuat lebih rendah dari ujung kereta. Hal ini dimaksudkan agar para pedagang pasar dapat menaikkan dagangannya dengan mudah ke kereta. CL-8500 menggunakan rem vakum, dengan bogie Craddle/K3.

Spesifikasi kereta ini sebagai berikut :
-Panjang : 18,5 m
-Lebar : 2,6 m
-Tinggi : 3,45 m
-Berat Kosong : 21,5 ton
-Kapasitas Penumpang : 83 orang duduk dalam kursi 2-2, 100 orang berdiri
-Lebar Pintu Tengah : 1225 mm per daun pintu
-Tinggi Lantai Kereta Bagian Tengah dari Kop Rel : 650 mm

Penurunan CL-8500 dari kapal. Koleksi Bima Budi Satria

Dinding kereta dibuat dari baja yang tidak tebal, tapi tetap kuat. Bagian ujung kereta dibuat lebih kuat dan berat untuk meredam benturan apabila terjadi benturan kuat. Namun, konstruksi CL-8500 menyulitkan penempatan komponen kelistrikan dan pengereman karena bagian tengah kereta dibuat lebih rendah. Toilet diletakkan di bagian tengah kereta. Jendela kereta menggunakan kaca Carolex berwarna hijau muda.

CL-8500 terhitung unik dalam hal kelistrikan. Tidak seluruh CL-8500 mampu menghasilkan daya listrik. Dari 4 kereta, hanya 1 kereta yang mampu menghasilkan daya listrik karena memiliki dinamo yang digerakkan oleh putaran roda serta beberapa buah baterai untuk menyimpan daya listrik. Kereta ini kemudian bertugas menyuplai daya listrik bagi 3 kereta lainnya yang tidak memiliki dinamo dan baterai. Setiap kereta dilengkapi dengan 14 buah lampu pijar dan 5 buah kipas angin di kabinnya.

Rangkaian CL-8500 di Stasiun Bandung. Diambil dari buku Sedjarah Kereta Api Negara SS-VS-DKA karya R. Oerip Simeon

Peruntukan awal kereta ini adalah bagi KA Jarak Dekat. Namun, karena kekurangan sarana, kereta ini juga digunakan pada KA Jarak Jauh seperti KA Cepat Bandung-Jakarta dan KA Cepat Bandung-Yogyakarta. Namun, penumpang mengeluhkan penggunaan CL-8500 di KA Jarak Jauh seperti ini. Getaran kereta dianggap terlalu besar sehingga penumpang sulit membaca koran di dalam kereta. Selain itu, ruang kaki juga dianggap sangat sempit sehingga lutut penumpang saling beradu. Beberapa CL-8500 sempat dimodifikasi menjadi BL-8500, naik kelas menjadi Kereta Kelas 2, yang digunakan di KA Patas Jakarta-Merak.

Seiring dengan datangnya kereta-kereta seri 9000, CL-8500 kemudian ditarik ke dinasan KA Jarak Dekat dan KA Lokal. Di kemudian hari, tempat duduk CL-8500 juga diubah dari 2-2 saling berhadapan menjadi bangku kayu memanjang yang dipasang menyamping di dinding kereta layaknya bangku KRL Commuter. Modifikasi ini dilakukan di Balai Yasa Manggarai sekitar 1969-1970. Target awal modifikasi sejumlah 40 kereta, namun hanya diselesaikan 18 kereta pada 1970 karena kekurangan biaya. Modifikasi ini memakan biaya Rp. 8.877.042,50. Modifikasi ini dilakukan untuk mempermudah pedagang membawa barang dagangannya, dengan menyediakan ruang yang lebih lapang untuk menaruh barang dagangan di dalam kereta. CL-8500 banyak digunakan di lintas Jakarta-Merak hingga akhir 1970an.

B5135 dengan KA Lokal di Tanahabang, 1970an awal. Diambil dari buku PNKA Power Parade karya A.E Durrant, koleksi Yoga Cokro Prawiro

Di era 1980an, CL-8500 mulai dipensiunkan secara massal. Kereta ini dengan cepat menghilang dari peredaran, dirucat dengan cepat. Hanya tersisa beberapa unit CL-8500 yang masih digunakan di Bandung. CL-8500 milik Bandung di era 1980an digunakan sebagai kereta tengah dalam formasi KRD Bandung Raya, dimana CL-8500 ini diapit oleh KRDH seri 302. Namun, formasi ini tidak bertahan lama. Hanya satu CL-8500 yang masih tersisa sebagai K3 pada 1986, yakni K3-52301 milik Depo Bandung.

Perumka sempat bereksperimen dengan CL-8500 di era 1990an. Satu unit CL-8500 diubah menjadi kereta double decker oleh Balai Yasa Manggarai. Modifikasi ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan angkutan yang semakin bertambah. Namun, purwarupa ini hanya bertahan sesaat akibat terbakar. Selain itu, purwarupa berwarna biru ini juga dihantui masalah berupa tidak imbangnya titik berat kereta karena tinggi dan berat kereta yang bertambah. Purwarupa ini dirucat di Balai Yasa Manggarai 2006/7 silam.

Foto : Yunarto Prabowo
Foto : Yunarto Prabowo
Interior Purwarupa Kereta Double Decker yang berasal dari CL-8500. Diambil dari Company Profile Perumka 1994, discan oleh Fajar Muhammad

Saat ini, tersisa dua unit CL-8500 yang masih tersisa. Keduanya bertugas sebagai NR atau Gerbong Penolong. Satu berdinas di Depo Cipinang sementara satunya telah pensiun. NR-16 milik Depo Bandung dipensiunkan beberapa tahun lalu, dan saat ini ditanahkan di Pasirbungur, sementara milik Cipinang masih digunakan hingga saat ini.

NR-16 milik Depo Bandung semasa masih berdinas. Foto : Indra Hardi Saputro

 

Referensi :

-Pelita I – PN Kereta Api Eksplotasi Barat
-Sedjarah Kereta Api Negara di Indonesia, SS/VS-DKA karya R. Oerip Simeon
-Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2 karya Tim Telaga Bakti Nusantara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini