Menu Tutup

Ekspres Siang Djaja

Foto : KA Djaja 3 (M. V. A. Krishnamurti)

Sejarah KA Djaja dimulai pada 1964, saat PNKA meluncurkan KA Ekspres Gaja Baru. Pada 28 September 1964, PNKA meluncurkan KA Ekpsres Gaja Baru relasi Jakarta – Surabaya via Yogyakarta.Penamaan Gaya Baru sendiri merujuk pada penggunaan kereta-kereta baru milik PNKA yang menggunakan rem udara tekan. Pada waktu itu, PNKA mendatangkan puluhan kereta baru yang dilengkapi dengan rem udara tekan buatan Jerman Barat serta Jepang. Pada 1965, Ekspres Gaja Baru ditambah dengan memasukkan KA baru yang memiliki relasi Jakarta – Surabaya via Semarang dan Bandung – Surabaya. Pada 1965, Ekspres Gaja Baru terdiri dari KA – KA berikut, dengan angka di dalam kurung menunjukkan jam keberangkatan KA tersebut :

  • KA 1 : Surabaya Pasar Turi (05.00) – Gambir (19.38)
  • KA 2 : Gambir (05.55) – Surabaya Pasar Turi (20.36)
  • KA 3 : Surabaya Kota (05.29) – Bandung (18.30)
  • KA 4 : Bandung (05.50) – Surabaya Kota (19.03)
  • KA 5 : Surabaya Kota (05.29) – Yogyakarta (10.50) – Gambir (20.13)
  • KA 6 : Gambir (05.55) – Yogyakarta (16.16) – Surabaya Kota (21.33)

Rangkaian KA 2 sendiri berangkat dari Gambir dalam kondisi digabung dengan rangkaian KA 6. Rangkaian gabungan ini kemudian dipisah di Cirebon, dengan KA 2 lurus menuju Semarang sementara KA 6 berbelok ke Purwokerto. Hal yang sama juga dilakukan oleh KA 3 dan KA 5, dimana keduanya digabung dari Surabaya dan dipisah di Kroya.

Sebagai bentuk peningkatan pelayanan, per 14 Juni 1968, KA 1 dan KA 2 Ekspres Gaja Baru ditingkatkan statusnya menjadi “Limited Ekspress” dan disematkan nama baru, yakni Djaja. Lahirlah KA Djaja I dan Djaja II. Menyusul kemudian pada 05 September 1968, KA 5 dan KA Ekspres Gaja Baru juga ikut dinaikkan statusnya menjadi “Limited Ekspress”, berubah menjadi Djaja III dan Djaja IV. Maka lengkaplah formasi KA Djaja. Status “Limited Express” sendiri berarti tiket yang dijual tidak lebih banyak dari jumlah tempat duduk yang tersedia di dalam KA, sehingga tidak ada penumpang berdiri.

Djaja sendiri termasuk salah satu KA Bendera/KA Unggulan milik PNKA. Pola operasi Djaja masih sama seperti Ekspres Gaja Baru, namun, Djaja III tidak digandengkan ke Ekspres Surabaya – Bandung. Djaja sendiri termasuk sebagai KA dengan rangkaian yang cukup panjang, biasanya terdiri dari 8 kereta (6 kereta kelas 3, 1 restorasi, dan 1 kereta bagasi). Gabungan Djaja II dan Djaja IV sendiri memiliki panjang sekitar 12-14 kereta, ditarik 2 lokomotif yang biasanya adalah tandem BB200 dan BB201. BB200 akan melanjutkan perjalanan dengan Djaja II, sementara BB201 menarik Djaja IV.

Jadwal Djaja 1969 :

  • Djaja I
    Surabaja Pasar Turi 05.00
    Bodjonegoro 07.06, 07.09
    Tjepu 07.54, 07.56
    Semarang Tawang 10.45, 10.55
    Pekalongan 12.44, 12.47
    Tegal 14.08, 14.13
    Tjirebon 15.44, 15.54
    Gambir 19.51
  • Djaja II
    Gambir 06.00
    Tjirebon 09.57, 10.32 
    Tegal 12.03, 12.08
    Pekalongan 13.21, 13.26
    Semarang Tawang 15.15, 15.31
    Tjepu 18.18, 18.23
    Bodjonegoro 19.17, 19.20
    Surabaja Pasar Turi 21.26
  • Djaja III
    Surabajakota 04.45
    Madiun 07.23, 07. 29
    Solo Balapan 09.08, 09.13
    Jogjakarta 10.15, 10.28
    Kroja –
    Purwokerto 13.44, 13.58
    Tjirebon 16.36, 16.46
    Gambir 20.53
  • Djaja IV
    Gambir 06.00 
    Tjirebon 09.57, 10.17
    Purwokerto 12.55, 13.06
    Kroja –
    Jogjakarta 16.18, 16.31
    Solo Balapan 17.33, 17.38
    Madiun 19.18, 19.23
    Surabajakota 22.08

Pada 1971, jadwal Djaja berubah menjadi :

  • Djaja I
    Surabaya Pasar Turi 04.53
    Bojonegoro 06.59, 07.02
    Cepu 07.45, 07.48
    Semarang Tawang 10.26, 10.36
    Pekalongan 12.29, 12.32
    Tegal 13.42, 13.45
    Cirebon 15.27, 15.42
    Gambir 19.37
  • Djaja II
    Gambir 06.00
    Cirebon 09.46, 10.07
    Tegal 11.49, 11.53
    Pekalongan 13.12, 13.15
    Semarang Tawang 15.08, 15.21
    Cepu 17.59, 18.02
    Bojonegoro 18.54, 18.57
    Surabaya Pasar Turi 21.12
  • Djaja III
    Surabaya Kota 04.45
    Surabaya Gubeng 04.51, 04.55
    Madiun 07.26, 07.31
    Solo Balapan 09.12, 09.16
    Yogyakarta 10.19, 10.29
    Purwokerto 13.29, 13.32
    Cirebon 16.12, 16.22
    Gambir 20.37
  • Djaja IV
    Gambir 06.00
    Cirebon 09.46, 10.01
    Purwokerto 12.41, 12.46
    Yogyakarta 16.03, 16.18
    Solo Balapan 17.21, 17.26
    Madiun 19.17, 19.22
    Surabaya Gubeng 21.48, 21.54
    Surabaya Kota 22.00

Pola operasional 1971 sendiri masih sama seperti di era 1960an, dimana rangkaian Djaja II digabung dengan Djaja IV hingga Cirebon. Namun, status Djaja sebagai KA Unggulan tidak menyelamatkannya. Sekitar 1973, Djaja dihapus. Dihapusnya Djaja menimbulkan kekosongan KA rute Surabaya – Yogyakarta – Jakarta yang berjalan pada siang hari. Sebuah kekosongan yang baru terisi pada 2023 silam saat PT KAI meluncurkan KA Argo Semeru.

Referensi

  • Sekilas Lintas 25 Tahun Perkeretaapian
  • Jadwal 195 dan 1971 koleksi Bpk. Indra Krishnamurti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini