Menu Tutup

Jejak Panjang Pramugara – Pramugari Kereta Api

Pramugara dan Pramugari KA Bima, 1969. Diambil dari Majalah Varia Koleksi Roda Sayap

Sejauh penelusuran, jejak Pramugara dan Pramugari Kereta Api berawal pada tahun 1960an. Sebelumnya, hanya dikenal Pelayan Restorasi, yang hanya bertugas  melayani penumpang di Restorasi saja. Disebutkan pada salah satu sumber tertulis, direncanakan salah satu kelas kereta api, yakni Kelas Utama dengan Reclining Seat, akan dilengkapi dengan Pramugari. Namun, belum ada jejak tertulis terkait dengan kelanjutan rencana ini.

Pada awalnya, hanya KA Bima saja yang dilengkapi dengan Pramugari maupun Pramugara. Mereka bertugas menyiapkan tempat tidur penumpang, serta melayani penumpang selama perjalanan. Selama dua tahun, operasional KA Bima ditangani oleh Compass Travel, termasuk layanan di atas keretanya. PNKA hanya bertindak sebagai pemilik sarana dan operator teknis (masinis dan stasiun). Per 09 Maret 1969, seiring dengan kontrak Compass Travel yang tidak diperpanjang, pelayanan di KA Bima diambil alih oleh PNKA. PNKA kemudian merekrut Pramugara dan Pramugari. Pramugara maupun Pramugari yang direkrut oleh PNKA diharuskan minimal lulusan SMA atau Akademi Perhotelan Indonesia, kategori yang cukup tinggi pada masa itu. Selain itu, pelamar yang diterima juga akan dilatih kembali oleh PNKA selama tiga bulan. Keberadaan Pramugara dan Pramugari kemudian merambah ke KA Limex rute Jakarta – Surabaya Pasar Turi PP. Keberadaan Pramugara maupun Pramugari sendiri tidak sekedar menjadi “pemanis”, namun juga memberikan pelayanan kepada penumpang. Pada Bima, Pramugara dan Pramugari memberi pelayanan ke penumpang seperti pemberian handuk hangat, mengubah kursi menjadi tempat tidur, serta membantu penumpang.

Pramugari PNKA pada 1972. Diambil dari Majalah Ekspres koleksi Roda Sayap

Pada era 1970an, seiring dengan diluncurkannya KA-KA Unggulan baru, keberadaan Pramugara dan Pramugari semakin menyebar. Pramugara dan Pramugari melayani beberapa KA selain Bima, Mutiara Utara, dan Mutiara Selatan, yakni Purbaya, Parahyangan, serta Tumapel. Banyak Pramugara/Pramugari yang direkrut dari keluarga pegawai PNKA. Menjelang era 1980an, perekrutan Pramugara dan Pramugari mulai dilakukan melalui perusahaan swasta yang bekerjasama dengan PJKA. Pramugara dan Pramugari ini ditempatkan pada KA-KA Unggulan milik PJKA. Selain melayani penumpang, mereka juga bertugas menjajakan makanan dan minuman yang dijual oleh Restorasi KA. Mereka bekerja dengan sistem gaji pokok ditambah dengan premi. Premi dihitung dari hasil penjualan, serta dipotong apabila ada barang yang rusak maupun hilang. Sebagai contoh, Karyana, seorang Pramugara yang bertugas di KA Gunung Jati pada 1979. Pada Maret 1979, Karyana menerima upah sebesar Rp. 26.875, rinciannya gaji pokok Rp. 2500, premi Rp. 17.875, dan tunjangan kerja Rp. 6500. Angka ini masih dipotong tabungan Rp. 2000, serta ganti rugi sebesar Rp. 1500. Kru Restorasi Gunung Jati pada 1979 terdiri dari satu Kepala Restorasi, dua Pramugari, empat Pramugara, tiga Juru Masak, dan seorang pembantu. Setelah berangkat dari Cirebon, Pramugari akan berkeliling di Kelas Utama membawa buku menu dan mencatat pesanan penumpang. Setelahnya, baru Pramugara muncul dan mengantar pesanan penumpang. Sisa-sisa seperti gelas maupun peralatan makan baru dikemasi setelah KA melewati Stasiun Bekasi. Setibanya di Jatinegara, sisa-sisa pesanan penumpang ini harus sudah dikemasi. Disinilah terkadang akan terlihat potongan yang ditanggung oleh Pramugari/Pramugara akibat ada gelas yang pecah/hilang, botol minuman yang tidak dikembalikan, dan lain sebagainya.

Karyana dan Nunung, Pramugara dan Pramugari KA Gunung Jati. Diambil dari Majalah Tempo koleksi Roda Sayap

Pramugara maupun Pramugari seringkali tidak mendapatkan ruang khusus untuk beristirahat. Sebagai contoh, para Pramugara dan Pramugari KA Mutiara Utara pada 1984 terpaksa harus tidur di bawah meja makan Kereta Restorasi karena tidak ada ruang khusus bagi mereka. Meja makan ditutupi kain, kemudian kasur digelar di bawahnya. Pramugara dan Pramugari ini seringkali baru dapat beristirahat saat tengah malam, dan harus bangun sebelum matahari terbit. Selain itu, Pramugari dan Pramugara harus siap paling tidak satu jam sebelum KA berangkat, sesuatu yang mungkin akan cukup merepotkan apabila KA berangkat sebelum fajar menyingsing. Belum lagi bagi Pramugari, terkadang penumpang bersikap kurang sopan, menganggap mereka sebagai pramuria. Belum lagi penumpang yang mudah marah dengan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan oleh Pramugari maupun Pramugara. Pramugari sendiri akhirnya mulai difokuskan hanya pada KA Unggulan kelas Eksekutif maupun Campuran Eksekutif-Bisnis. KA Unggulan Ekonomi maupun KA Ekonomi pada umumnya hanya mendapat Pramugara. KA Ekonomi terakhir yang mendapatkan Pramugari adalah Patas Tumapel Utama, namun, hal ini juga tidak berlangsung lama. Absennya Pramugari di kelas Ekonomi terus berlangsung hingga 2011 silam, saat layanan Restorasi mulai diambil alih sepenuhnya oleh PT Reska Multi Usaha. RMU mulai banyak merekrut Pramugari dan Pramugara, dan mulai menempatkannya di seluruh kelas KA. Kini, Pramugari dan Pramugara dapat ditemui di seluruh KA dengan Restorasi yang dioperasikan oleh KAI.

Pramugari KA Mutiara Utara, 1984. Foto diambil dari Majalah Sarinah koleksi Roda Sayap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini