Menu Tutup

KA Barang TRS, Tulang Punggung Angkutan Barang era PJKA

Foto : D52099 dengan rangkaian KA Barang di Jatibarang, koleksi Roda Sayap

Pada era DKA hingga PJKA, tulang punggung angkutan barang di Jawa adalah KA-KA Barang yang diberi nama TRS. TRS merupakan kependekan dari Terusan. Sistem operasi KA Barang TRS juga didukung oleh Feeder TRS serta KA Barang Lokal yang melayani rute-rute antara Emplasemen Penyusun. Pada 1970an, KA Barang TRS terdiri dari :

  • TRS1 : Surabaya Pasar Turi – Jakarta Gudang
  • TRS2 : Jakarta Gudang – Surabaya Pasar Turi
  • TRS3 : Sidotopo – Banyuwangi
  • TRS4 : Banyuwangi – Sidotopo
  • TRS5 : Sidotopo – Bandung Gudang
  • TRS6 : Bandung Gudang – Sidotopo

KA Barang TRS memiliki stamformasi yang tidak menentu, seiring dengan muatan yang bervariasi. Rangkaian KA Barang TRS dapat terdiri dari campuran gerbong terbuka, gerbong tertutup, hingga gerbong ketel. Kecepatan operasional TRS terhitung rendah, hanya sekitar 40-45 km/jam mengingat sebagian besar armada TRS menggunakan gerbong bergandar dua yang masih menggunakan plain bearing yang mudah panas. Karenanya, KA Barang TRS dapat menempuh rute Surabaya – Jakarta/sebaliknya hingga dua hari, mengingat kecepatan operasinya yang rendah serta pola operasi TRS yang menuntut banyak perhentian. Rangkaian KA Barang TRS dapat dihela oleh lokomotif uap besar, utamanya D52, serta lokomotif diesel seperti BB301, BB200, ataupun CC200. TRS memiliki Feeder, diantaranya Feeder Solo Balapan – Semaranggudang, Solo Balapan – Gambringan, dan Lempuyangan – Cilacap.

Selain ditopang oleh Feeder TRS, TRS memerlukan emplasemen besar sebagai tempat untuk menyortir rangkaian. Emplasemen ini disebut sebagai Emplasemen Penyusun, yang biasanya terletak pada percabangan jalur rel. Diantara Emplasemen-Emplasemen Penyusun ini yakni Cikampek, Cirebon Prujakan, Semarang Gudang, Gambringan, Solo Balapan, Lempuyangan, dan Kroya. Karenanya, PNKA membeli D301 dalam jumlah yang cukup banyak untuk melayani kebutuhan langsiran di Stasiun-Stasiun ini. Di Emplasemen Penyusun, setiap KA Barang yang masuk akan dilangsir, ditambah maupun dikurangi gerbongnya sesuai dengan tujuan barang yang dimuat. Di Surabaya, Kalimas menjadi pool bagi KA Barang TRS, walaupun terminusnya berada di Surabaya Pasar Turi. Setiap harinya, dilakukan transfer gerbong antara Kalimas dan Sidotopo. Gerbong-gerbong ini dipindah untuk kemudian diteruskan ke Stasiun tujuannya. Di Jakarta sendiri Cipinang juga menjadi awal perjalanan KA Barang, selain Tanjungpriok.

Berikut contoh bagaimana TRS beroperasi dan bagaimana cara mengirim barang dengan KA pada masa lampau:

Kita ingin mengirim kayu jati dari Stasiun Telawa di Jawa Tengah, menuju ke Porong di Jawa Timur. Pertama, gerbong yang berisi muatan milik kita akan dijemput oleh KA Barang Lokal ataupun KA Campuran. Setelahnya, gerbong milik kita akan dibawa hingga Solo Balapan. Di Solo Balapan, gerbong ini akan menunggu KA TRS Selatan dari Bandunggudang. Gerbong ini akan dibawa oleh TRS Selatan hingga Sidotopo. Di Sidotopo, gerbong akan dilepas dari rangkaian KA TRS Selatan, lalu dilangsir, ditempelkan ke KA Barang Lokal atau KA Campuran untuk selanjutnya dilepas di Porong. Proses pengiriman barang ini dapat memakan waktu hingga 2 hari, mengingat banyaknya proses langsiran serta perjalanan KA Barang yang cenderung pelan.

Surat Angkutan, memiliki fungsi sama seperti resi saat kita mengirim paket. Berisi data penerima, barang yang dikirim, gerbong yang digunakan, serta biaya yang dibayar. Pada Surat Angkutan ini, pengirim menggunakan jasa ekspedisi N. V. Dharma Tunggal
Bagian belakang Surat Angkutan di atas

KA Barang TRS sendiri menghilang di era 1980an. Operasionalnya dianggap tidak efektif. PJKA pada waktu itu beralih ke Angkutan Barang dengan sistem SKAB atau Sistem Kereta Api Blok yang lebih cepat dan biaya operasionalnya jelas. SKAB hanya melayani pihak yang menjalani kontrak dengan PJKA, berbeda dengan TRS yang melayani pihak-pihak yang ingin mengirim barang dalam skala tidak terlalu besar. Seiring dengan menghilangnya TRS, individu tidak lagi bisa mengirimkan barang dengan kereta api. Stasiun-stasiun kecil juga tidak melayani angkutan barang, serta Emplasemen Penyusun berubah menjadi penampungan gerbong.

1 Comments

  1. Novan Nanda

    Permisi min izin bertanya mengenai kereta barang ini. Apakah untuk sekarang masih efektif untuk dijalankan kembali kereta barang jenis ini? Mengingat kebutuhan masyarakat di jawa semakin tinggi sehingga membutuhkan pengiriman barang yang cepat dan banyak. Makasih min 😄

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini