KA 906 dan KA 209 yang bertabrakan. Foto : Agus Mulyadi dalam Kompas, Selasa, 2 Mei 2000
Senin, 1 Mei 2000. Stasiun Serpong cukup ramai. KA 209 Patas Merak (Merak – Jakarta Kota) dengan lokomotif BB304 17 terparkir, menunggu waktu keberangkatan. Pukul 09.04, PPKA Serpong mendapat warta jika di Sudimara mengalami gangguan wesel. PPKA Serpong menghubungi PPKA Sudimara, namun tidak mendapatkan jawaban. PPKA Sudimara menduga jika KA dari arah Jakarta ditahan di Sudimara karena gangguan wesel. KA 209 kemudian diberangkatkan pukul 09.06 dengan form MS/Melanggar Sinyal. Baru saja PPKA Serpong masuk ke ruangannya, warta dari Sudimara masuk, KA 906 (Jakarta Kota – Rangkasbitung) sudah diberangkatkan. Ada dua KA berlawanan arah di jalur tunggal. Menyadari hal ini, PPKA Serpong langsung menyambar sebuah megaphone, lalu berlari keluar, berteriak-teriak memanggil Masinis KA 209 yang rangkaiannya mulai meninggalkan Serpong. Penumpang di kereta terakhir KA 209 sempat melihat PPKA yang berteriak-teriak, namun KA 209 tetap berjalan. PPKA Serpong berlari masuk ke ruang PPKA, mencoba memanggil masinis KA 209 melalui radio lokomotif. Namun nihil, tidak ada balasan dari kabin BB304 17.
Di rangkaian KA 209, penumpang merasakan jika KA sempat melambat hingga 5 kali. Melaju, lalu direm, lalu melaju kembali. Masinis KA 209 seakan-akan ragu, namun tidak menghentikan KAnya. Dari arah berlawanan, Masinis KA 906 yang ditarik BB303 17 melihat KA 209, lalu mengerem KA nya dan menyalakan lampu sorot untuk menarik perhatian Masinis KA 209. KA 906 berhenti di km 27+388, 50 meter di bawah Jembatan Layang Lingkar Timur BSD. Penumpang KA 906 yang melihat KA 209 di depannya langsung berlompatan keluar begitu KA 906 berhenti. Naas, KA 209 tidak dapat berhenti. Namun demikian, beberapa penumpang KA 209 yang duduk di atap dan bergelantungan di pintu dan bordes sempat melompat ke luar sebelum kedua KA bertabrakan. Pukul 09.10, kedua KA akhirnya bertabrakan. Kedua lokomotif rusak, underframenya tertekuk. BB303 17 bagian kabinnya mencuat ke atas, sementara BB304 17 kabinnya menunduk ke bawah. Kereta pertama KA 906 dengan nomor KD3-81204 hancur, bagian tengahnya tertekuk, menjulang tinggi ke langit. Dua kereta di belakangnya rusak akibat benturan keras. Sementara itu, kereta pertama, kedua dan ketiga KA 209 bordesnya hancur karena benturan. 4 orang meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara 31 penumpang lainnya luka-luka.

Suara benturan keras mengagetkan warga, yang kemudian segera berbondong-bondong menuju lokasi. Selain itu, para Satpam dari BSD juga berlarian menuju lokasi, membantu para korban. Korban, baik meninggal maupun luka-luka, dibawa ke RSU Tangerang dan RS Ashobirin. Dua orang penumpang yang luka parah dibawa ke Rumah Sakit Ciptomangunkusumo untuk perawatan lebih lanjut. Pukul 11.30, petugas masih berusaha mengeluarkan 3 jenazah yang terjepit di bordes kereta kedua dan ketiga KA 209. Sementara itu, di kamar jenazah RS Ashobirin, teriakan dan tangisan Sumarna menggema. Ia hanya bisa menangis melihat kepala kakak kembarnya, Sumarno, terbujur kaku di kamar jenazah. Badan kakak kembarnya masih belum dapat dievakuasi. Sumarno, yang lahir 4 menit lebih dulu dari Sumarna, menjadi korban meninggal dalam peristiwa ini. Pagi hari itu, Sumarno mengajak adiknya, Sumarna, untuk pergi ke Klender, mencari pekerjaan baru. Keduanya adalah penarik becak. Namun, belum sampai di Klender, maut terlebih dahulu menjemput Sumarno. Cerita lain dialami oleh Sahrudin, penumpang KA 209 yang berada di bordes/sambungan kereta pertama dan kedua. Melihat penumpang lain yang duduk di atap dan di dekat pintu melompat, Sahrudin ikut melompat keluar. Sekalipun mengalami retak kaki kanan, namun Sahrudin selamat, sekalipun ia pingsan begitu mendarat di pinggir rel. Penumpang lain, M. Suroi, memiliki cerita tersendiri. Ia menumpang KA 906 bersama dengan Jumiati, istrinya, dan Pane, cucu perempuannya. Mereka duduk di kereta pertama KA 906. Saat benturan terjadi, situasi di dalam kereta menjadi gelap karena debu yang beterbangan dari atap kereta. Penumpang di dalam kereta segera berusaha bangun, serta keluar dari kereta. Namun, belum seluruh penumpang keluar, tiba-tiba bagian tengah kereta mulai terangkat ke atas. Akibatnya beberapa penumpang di bagian tengah terjatuh, menimpa penumpang di bagian pinggir. M. Suroi juga ikut tertimpa penumpang saat mencoba bangkit. Namun, ia dan Pane selamat, sementara istrinya harus masuk RS Ashobirin karena luka-luka. Keajaiban juga terjadi pada peristiwa ini. Siti Arofah, seorang bayi berumur setahun dapat dikeluarkan hidup-hidup dari bordes kereta yang remuk. Ia selamat, tanpa luka sedikitpun, hanya bajunya saja yang sobek-sobek. Warga yang melihat Siti Arofah dikeluarkan dalam keadaan selamat serempak bersorak gembira. Siti Arofah dapat berkumpul dengan orang tuanya yang juga selamat. Seorang penumpang KA 906, Ardi, selamat karena terpental ke karung sayur di bordes kereta ketiga KA 906.
Foto dan Teks : Kompas, Selasa, 2 Mei 2000