Diambil dari buku 50 Tahun Perkeretaapian Indonesia, terbitan PERUMKA
Turangga diluncurkan pada 1 Setember 1995, sebagai KA Malam berkelas Eksekutif-Bisnis Plus. Peluncuran dilakukan di Bandung, dihadiri oleh Menteri Perhubungan Haryanto Danutirto. Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana, memberangkat Turangga secara seremonial pada perjalanan perdananya.
Yang spesial dari Turangga adalah kelas Bisnis Plusnya. Bisnis Plus menggunakan formasi kursi 2-2, berkapasitas 52 orang. Kursi yang digunakan mirip dengan kelas Eksekutif, namun lebih tipis. Bisnis Plus tidak dilengkapi dengan AC, maupun televisi. Bisnis Plus hanya dibekali dengan kipas angin.
Bisnis Plus disingkirkan dari Turangga saat Turangga dijadikan KA Eksekutif pada September/Oktober 1999. Turangga dijatah dua set K1-995, tanpa kereta makan dan kereta pembangkit. K1-995 memiliki ciri khas berupa tidak adanya kaca darurat yang dapat dibuka (kebanyakan sudah dimodif saat ini). Bisnis Plus kemudian digunakan oleh Gajayana. Turangga sendiri dipindah Deponya, dari Bandung menjadi Sidotopo, saat Argowilis muncul pada November 1998.
Turangga termasuk generasi awal branding “Satwa” yang diluncurkan sekitar September 1999. Selain Turangga, Taksaka dan Gajayana menjadi pelengkap “trio” Satwa pertama. Selain penyebutan Satwa, dikenalkan juga livery putih dengan tiga garis biru.
Pada akhir 2008/awal 2009, rangkaian Turangga mendapat “penyegaran” dengan hadirnya K1 berjendela kecil layaknya pesawat. Interior K1 kaca pesawat ini bernuansa hijau-hijau. Beberapa tahun setelah kehadiran K1 ini, Turangga mulai mendapat cap jelek akibat buruknya kondisi K1 yang dibawanya. Rangkaian Turangga akhirnya diganti pada 2018 silam dengan kereta baru berbahan stainless steel buatan INKA.