Patas Jakarta-Bandung di Jatinegara, awal era 1970an. Foto koleksi Bpk. Harriman Widiarto
Riwayat Serayu bermula dari Patas Bandung-Jakarta, yang sepertinya muncul di era 1950an. Patas ini merupakan kereta kelas 3. Pada 1965, perjalanan KA ini ada 4 kali pp dalam sehari (Jadwalnya dapat dilihat disini ). Patas ini sempat berjalan bersama Kilat Jakarta-Bandung. Yang membedakan Patas dengan Kilat adalah perhentiannya, dimana Kilat berjalan nonstop sementara Patas punya stasiun perhentian. Kilat sendiri nantinya dihapus setelah Parahijangan diluncurkan pada 1971, sementara Patas tetap bertahan, meskipun namanya berubah menjadi Tjepat/Cepat.
Sekitar 1978, Patas Jakarta-Bandung ditarik ke Banjar, dan berubah menjadi Patas Banjar-Manggarai. KA ini cukup panjang (7/8 kereta) dan ditarik CC201. Okupansinya juga tidak bisa dibilang jelek. Bahkan, penumpang membludak saat musim liburan. Namun demikian, masih ada satu jadwal PP Patas Jakarta-Bandung. Jadwal sisa ini berangkat pagi dari Bandung, dan kembali ke Bandung pada malam hari. Jadwal ini dihilangkan sekitar 1982/1984, dimana jamnya digunakan oleh KA Penumpang Bandung-Purwakarta. Patas Banjar-Manggarai sendiri kemudian ditarik ke Sidareja, dan namanya berubah menjadi Cepat Sidareja.
Stamformasi Cepat Sidareja pada 1989 :
KA 207/208 : 7 K3 + KM3 + BP.
Baik Patas Banjar-Manggarai maupun Cepat Sidareja berjalan siang hari, dengan dua rangkaian yang berjalan berlawanan arah (ada jadwal dari Jakarta dan Sidareja). Saat KA Penumpang Bandung-Purwakarta dimerger dengan KA Penumpang Cibatu-Bandung pada 1986, Patas Jakarta-Bandung kembali muncul di jam semula. Merger KA Purwakarta-Bandung dan Bandung-Cibatu sendiri menghasilkan KA Lokal Cibatu, atau yang dikenal sebagai Si Mandra oleh warga lokal. Patas Bandung-Jakarta dan Cepat Sidareja sendiri sempat berjalan dengan pola v-slag, dimana rotasi rangkaiannya : Bandung-Jakarta-Sidareja-Jakarta-Bandung.
Sekitar awal era 1990an, Cepat Sidareja ditarik ke Kroya, dan namanya berganti menjadi Serayu/Cipuja. Serayu adalah nama yang dikenal oleh orang-orang di wilayah DAOP V, sementara orang-orang di wilayah DAOP II mengenal KA ini dengan nama Cipuja. Serayu/Cipuja sempat diperpanjang ke Purwokerto, namun tidak bertahan lama, dan kembali diperpendek ke Kroya. Patas Jakarta-Bandung sendiri menghilang saat Cepat Sidareja ditarik ke Kroya. Nama Serayu sendiri diambil dari nama sungai yang membentang dari Wonosobo ke Cilacap. Nama Serayu sudah ada sejak era 1990an, sudah terpampang pada Jadwal 1993 dibawah ini :
Pertengahan era 1990an, muncul jadwal malam dari Serayu. KA yang berjalan malam ini dikenal sebagai Citrajaya oleh orang-orang DAOP II. Semasa menjadi Serayu, kereta yang digunakan adalah kereta milik Dipo Kereta Purwokerto. Rangkaian Serayu disimpan di area Dipo Lokomotif Kroya. Sempat juga dijalankan Feeder Serayu Cilacap-Maos/Kroya. Namun demikian, Feeder ini dihapus di era 2000an.
Pada 21 April 2007, KA 174A Serayu (Jakarta-Kroya) yang ditarik CC201 49 anjlok di km 223+4/5 petak jalan Warungbandrek-Bumiwaluya. Akibat kejadian ini, 3 kereta terperosok ke jurang, 16 orang luka berat dan 54 orang luka ringan. Peristiwa ini terjadi akibat tubuh rel/baan longsor tepat saat KA melintas di atasnya. Akibatnya, dua K3 dan satu KMP3 terseret longsor dan terperosok ke jurang. Lintaspun harus ditutup selama beberapa hari untuk membersihkan longsoran dan mengangkat kereta yang terperosok.
Pada bulan November 2013, Serayu diperpanjang ke Purwokerto. Namun, nama yang digunakan di lintas Purwokerto-Kroya adalah Feeder Serayu. Feeder Serayu diperlakukan sebagai KA yang terpisah, dengan tiket yang juga terpisah dari Serayu. Penumpang harus membayar lagi untuk Feeder Serayu, diluar tiket Serayu. Okupansi Feeder Serayu cukup minim. Setiap perjalanan, jarang sekali penumpang mencapai angka 50. Pada 2014 awal, barulah Serayu ditarik seutuhnya ke Purwokerto. Okupansi Serayu dari Purwokertopun membaik, tidak seperti era Feeder Serayu.
Jika merunut sejarah ke Patas Bandung-Jakarta, Serayu sudah memiliki riwayat selama lebih dari 50 tahun. Serayu adalah sebuah sungai besar, yang mengalir jauh dari Wonosobo hingga Cilacap. Serayu adalah sumber penghidupan bagi banyak orang. Serayu adalah inspirasi bagi R. Soetedja, seniman besar Banyumas, yang menciptakan lagu Di Tepinya Sungai Serayu, yang kini menggema di stasiun-stasiun di DAOP V Purwokerto.
*Referensi
Hasil diskusi dengan Bpk. Nurcahyo, Railfan senior sekaligus pelaku sejarah
Laporan KNKT tentang PLH KA 174A