Foto : Rangkaian KA Wisata Maleman Sriwedari di Purwosari (Jawa Tengah – Selayang Pandang 1982).
Sebelum muncul Jaladara, Kota Surakarta sempat memiliki KA Wisata yang ditarik lokomotif uap. Namun, KA Wisata ini tidak bertahan lama karena merugi. Biaya operasional yang tinggi tidak sebanding dengan pendapatan, yang diperparah dengan banyaknya penumpang bermental gratisan yang tidak mau membayar tiket.
Ide awal KA Wisata ini berasal dari Gubernur Jawa Tengah, Soepardjo Roestam. Ide ini sendiri kabarnya muncul juga atas usulan PJKA ke Gubernur Jawa Tengah. Awalnya, ide ini terlontar saat muncul perdebatan terkait kebermanfaatan rel lintas Purwosari – Wonogiri yang melintasi tengah kota Surakarta. Sebagian ingin rel ini dipertahankan, sementara sebagian lainnya ditutup. Gubernur kemudian menengahi, dan lintas ini akhirnya tetap bertahan. Selain itu, muncullah ide untuk menjalankan KA Wisata guna menarik wisatawan.
Lokomotif yang dipilih untuk menarik KA Wisata ini adalah lokomotif seri B2705 yang berasal dari Depo Gundih. Namun, B2705 sudah sekitar 6 tahun mangkrak di Depo Solo Balapan. Berbekal uang sebesar Rp. 5 juta dari Pemerintah Kota Surakarta, B2705 kemudian diperbaiki. Suku cadangnya diperoleh dengan cara kanibal, mengambil dari lok lainnya. B2705 kemudian dicat hijau tua yang senada dengan kereta yang ditariknya.
Dua kereta kelas 3 (CR) disiapkan untuk KA Wisata ini. Kereta pertama, CR-1302, dibuat tahun 1916. CR-1302 memiliki tempat duduk memanjang, dengan satu bangku panjang di tengah kereta. Penumpang duduk menyamping pada kereta ini. Kereta kedua, CR-2556 dibuat pada 1917. Kereta ini memiliki tempat duduk melebar, layaknya kereta pada umumnya. Kedua kereta ini memiliki panjang 13 meter. Keduanya diperbaiki, dinding kayunya yang keropos ditambal. Selain itu, toiletnya juga diperbaiki walaupun tidak diisi air dan digunakan. Instalasi listrik dipasang pada kedua kereta ini. Kedua kereta ini kemudian dicat krem-hijau. Pada salah satu kereta, dipasang sebuah etalase kaca berisi sanggul. Etalase ini merupakan media promosi perusahaan Cemara Ayu. Selain dua kereta ini, disiapkan juga satu gerbong untuk mendukung operasional KA Wisata ini. Gerbong ini adalah gerbong bak air, yang juga dicat hijau, sama seperti B2705. Selain itu, sebuah kereta bagasi bergandar 2 juga disiapkan untuk Kereta Wisata ini. Gerbong bagasi bercat krem-hijau ini berisi genset dan alat-alat lainnya.
KA Wisata Maleman Sriwedari diluncurkan oleh Gubernur Soepardjo Roestam pada Kamis, 1 Juli 1982. KA Wisata ini memiliki rute yang cukup unik. Dari Purwosari, KA ini terlebih dahulu menuju ke utara, hingga Gembongan. KA ini kemudian berbalik arah, kembali ke Purwosari, kemudian berangkat kembali dari Purwosari menuju Solo Kota/Sangkrah. Harga tiket KA Wisata ini hanya Rp. 100.
Namun, operasional KA Wisata ini merugi. Sekalipun harganya murah, sebagian penumpang justru tidak mau membayar tiket. Pun banyak anak-anak yang hanya menumpang KA ini, yang kemudian kabur saat kondektur datang menarik karcis. KA ini memiliki kapasitas tempat duduk 130 orang, namun dapat diisi hingga 200 orang. Apabila terisi penuh 200 orang, seharusnya KA ini memperoleh pendapatan Rp. 120.000 sekali jalan. Namun, prakteknya, KA ini tidak pernah menyentuh angka tersebut. Pendapatan terbanyak KA ini diperoleh pada 04 Juli 1982, dimana KA ini memperoleh pendapatan sebesar Rp. 90.000. Selain hari itu, hingga Maleman Sriwedari ditutup pada 25 Juli 1982, pendapatan KA ini tidak pernah menyentuh angka Rp. 40.000 per harinya.
Di satu sisi, operasional KA ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. B2705 sekali jalan menghabiskan banya kayu jati. Untuk menyalakan lok dan memperoleh tekanan uap, dibutuhkan 12,5 kuintal. Setiap kmnya, B2705 membutuhkan 0,5 kuintal kayu jati, atau 30 kuintal kayu untuk jarak 10 km. Untuk menjaga tekanan uap, diperlukan kayu jati sebanyak 7,5 kuintal per jam. Sehari, KA Wisata beroperasi 3 kali pulang pergi, dengan total konsumsi bahan bakar sebesar 45 kuintal kayu jati. Namun, total kayu yang dibutuhkan untuk operasional sehari mencapai 87,5 kuintal. Dengan harga kayu jati Rp. 9000 per kuintal, sehari KA ini membutuhkan biaya bahan bakar Rp. 787.500, sangat jauh di atas pendapatan KA ini. Biaya ini belum ditambah dengan ongkos untuk 6 orang Kru KA. Melihat angka-angka ini, Bupati Wonogiri yang semula ingin agar KA ini beroperasi hingga Wonogiri kemudian mundur teratur, mengurungkan rencananya. Pemerintah Kota Surakarta juga mulai gamang dengan angka-angka operasional KA ini.
Setelah Maleman Sriwedari berakhir pada 25 Juli 1982, KA ini hanya dijalankan pada malam Minggu saja. Namun, pada akhirnya KA ini berhenti beroperasi.
Referensi :
- Jawa Tengah – Selayang Pandang 1982 terbitan Kantor Statistik Propinsi Jawa Tengah, 1982
- Majalah Tempo edisi 31 Juli 1982