D52 dengan KA Lokal memasuki Terowongan Lampegan. D52 digunakan untuk dinasan KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta hingga digantikan oleh BB200 dan BB301 di era 1960an (Foto koleksi Bpk. Harriman Widiarto).
Setelah kemerdekaan, hubungan Bandung – Bogor – Jakarta kembali dilanjutkan. Posisi lintas ini sebenarnya sudah menurun semenjak lintas Padalarang – Cikampek beroperasi. Lalu-lintas KA sebagian besar berpindah ke jalur tersebut, membuat jalur ini hanya menjadi jalur sekunder. Pada era 1950-60an, jalur ini juga mengalami dua PLH (Peristiwa Luarbiasa Hebat) yang memakan korban jiwa. Pada 2 Januari 1955, D1423 yang menghela KA 361 terguling beserta rangkaiannya di dekat Stasiun Tagogapu akibat overspeed. Akibat kejadian ini, 4 orang meninggal dunia sementara 13 lainnya luka berat. Kemudian pada 11 April 1963, KA 69 (Bandung – Bogor – Jakarta) yang dihela BB200 11 mengalami larat di Tagogapu. Rangkaian meluncur turun dan anjlok bergelimpangan. 29 orang tewas akibat kejadian ini. BB200 11 sendiri tidak bisa diselamatkan, masuk Konservasi dan diafkirkan pada 1986. Dua kejadian ini memang tidak secara langsung menghilangkan KA Cepat Bandung – Jakarta via Bogor. Namun, lintas ini menjadi tidak populer bagi penumpang, ditandai dengan berkurangnya frekuensi KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta hingga akhirnya dihapus pada 1969/1970.
Pada 1953, terdapat 1 perjalanan langsung antara Bandung – Jakarta via Bogor. KA 51 berangkat dari Bandung pukul 06.58 dan tiba di Jakarta Kota pukul 12.07. Sementara KA 46 berangkat dari Jakarta Kota pukul 11.30 dan tiba di Bandung pukul 16.55. KA ini merupakan campuran Kelas II dan Kelas III.
Pada awal 1954, terdapat 3 perjalanan PP KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta. KA pertama berangkat dari Jakarta Kota pukul 05.47, dan tiba di Bandung pukul 11.46. KA kedua berangkat dari Jakarta Kota pukul 08.35, tiba di Bandung pukul 14.33. KA ketiga berangkat dari Jakarta Kota pukul 12.35, dan tiba di Bandung pukul 18.25. KA pertama dari Bandung berangkat pukul 06.32, tiba di Jakarta Kota pukul 12.18. KA kedua berangkat dari Bandung pukul 10.44, tiba di Jakarta Kota pukul 16.18. KA ketiga berangkat dari Bandung pukul 13.53, tiba di Jakarta pukul 19.18. 1954 menjadi puncak frekuensi KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta. Pada 3 November 1954, seiring dengan berlakunya GAPEKA baru, perjalanan KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta menjadi 4 kali sehari.
Pada 1958, frekuensi KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta berkurang menjadi dua perjalanan sehari. KA pertama berangkat dari Jakarta Kota pukul 05.30 dan tiba di Bandung pukul 11.46. KA kedua berangkat dari Jakarta Kota pukul 11.40 dan tiba di Bandung pukul 18.00. Dari Bandung, KA pertama berangkat pukul 07.00 dan tiba di Jakarta Kota pukul 14.43, sementara KA kedua berangkat pukul 11.40 dan tiba di Jakarta Kota pukul 17.18
Pada 1961, jadwal KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta kembali berkurang. Pada tahun tersebut, hanya ada dua KA atau satu perjalanan PP yang melayani rute Bandung – Bogor – Jakarta. KA 62 berangkat dari Jakarta Kota pukul 06.25, dan tiba di Bandung pukul 12.28. Rangkaian kemudian kembali sebagai KA 69, berangkat dari Bandung pukul 15.31 dan tiba di Jakarta Kota pukul 21.09.
Pada 1965, frekuensi perjalanan KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta bertambah. KA 62 berangkat dari Jakarta Kota pukul 06.22, tiba di Bandung pukul 12.25. KA 63 berangkat dari Bandung pukul 06.22, tiba di Jakarta Kota pukul 12.31. KA 64 berangkat dari Jakarta Kota pukul 11.35, tiba di Bandung pukul 17.55. Terakhir, KA 67 berangkat dari Bandung pukul 12.17, tiba di Jakarta Kota 18.20. Namun, KA 63 dan KA 64 ditandai tidak berjalan untuk sementara. Pada masa itu, banyak perjalanan KA yang tidak dijalankan akibat kekurangan sarana maupun kekurangan bahan bakar.
Pada jadwal 1971, sudah tidak ada lagi hubungan langsung Bandung – Bogor – Jakarta. Riwayat KA Cepat Bandung – Bogor – Jakarta akhirnya tamat. KA yang sudah ada sejak era Kolonial ini berakhir setelah sekitar 20 tahun beroperasi di era Kemerdekaan. Seluruh perjalanan KA Ekspres/Cepat antara Bandung – Jakarta setelah 1970 melewati lintas Padalarang – Cikampek. Saat ini, Bandung – Bogor – Jakarta lintas masih “terputus”, karena petak Padalarang – Cipatat tidak dilalui oleh KA.
Referensi
Petundjuk Perdjalanan Kereta Api – Hubungan Tjepat dengan berbagai persambungan/peralihan, 1953. Koleksi Bima Budi Satria
Penundjuk Perdjalanan Kereta Api, 1954
Petikan dari Perjalanan Kereta Api (Hubungan Cepat), 1958. Koleksi Bima Budi Satria
DKA – Buku Saku, Penerbitan Djuli 1961
Buku Petundjuk 1965 mengenai Hubungan Tjepat di Djawa dan Sumatera Selatan
Jadwal KA 1971 koleksi Bpk. Indra Krishnamurti