Menu Tutup

Kereta Baru untuk Sumatera Selatan (1958)

B 0 58 04 RK, salah satu kereta yang awalnya didatangkan untuk Sumatera Selatan. Foto : Bima Budi Satria

Seiring program pengadaan sarana baru oleh Djawatan Kereta Api, pada 1958 tibalah sarana-sarana baru di wilayah Eksplotasi Sumatera Selatan. Sarana-sarana ini digunakan untuk memperkuat angkutan kereta api disana, sekaligus mengganti sarana lama yang sudah tidak layak pakai.

Penggunaan kereta baru ini diresmikan oleh Menteri Perhubungan Mr. Soekardan di Kertapati pada 1 Oktober 1958. Selain upacara peresmian, diadakan juga ujicoba relasi Kertapati-Prabumulih. Foto-foto discan dari buku Sejarah Perkembangan Pemerintahan Sumatera Selatan oleh Minkadel @keretadeli :

Total terdapat 23 unit kereta yang didatangkan untuk Sumatera Selatan dari dua pabrikan Eropa, yakni :
Simmering Graz Pauker, Austria
13 unit CL (Kereta Kelas 3 dengan rem vakum)
3 unit DL (Kereta Bagasi dengan rem vakum)

J.J Beijnes, Belanda
4 unit ABL (Kereta Kelas 1 dan 2 dengan rem vakum)
3 unit FL (Kereta Makan dengan rem vakum)
Keseluruhan sarana yang didatangkan diberi nomor seri 9600 atau 9700.

Akhir 1980an, dari 23 unit, tersisa 20 unit yang masih berdinas. Jumlah bagasi bertambah 4 unit yang dibuat dengan memodifikasi ABL dan CL. Jumlah total Bagasi menjadi 7 unit. Pada 1995, 7 unit bagasi ini dipindahkan ke Jawa. Pemindahan ini dilakukan untuk menambal stamformasi KA Parcel yang beberapa bagasinya dimodifikasi menjadi BP (Bagasi Pembangkit).

ESS kembali memodifikasi dua kereta menjadi Bagasi. Pada awal era 2000an, dikirimkan 4 unit kereta buatan 1958 ini ke Jawa. Dua unit adalah kereta bagasi, sementara dua sisanya adalah K3. Kedua K3 ini dimodifikasi menjadi K1, dengan nomor K1-58501 dan K1-58502.

K1 0 58 02 ex K1-58502

Sarana yang masih bertahan di Sumatera Selatan sendiri secara resmi “menyerah” pada 2010 akibat usia rangka, setelah tidak lagi digunakan sejak sekitar 2008.

KM3-58, bagian dari yang masih bertahan di Sumatera Selatan. Foto : Bpk. Mohamad Lutfi Tjahjadi

**Disalin dari tulisan Bima Budi Satria, dengan pengubahan seperlunya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini