Menu Tutup

PJKA Laut

Kapal Motor (KM) Bukit Barisan milik PNKA, dioperasikan di rute Merak-Panjang. Foto koleksi Bpk. Harriman Widiarto

Perusahaan Jawatan Kereta Api/PJKA sempat memiliki Dinas Pelayaran yang pada 1978 mengoperasikan 10 kapal feri yang diawaki oleh ratusan pelaut.

Sejak era 1950an, DKA memiliki beberapa kapal feri yang digunakan pada rute penyebrangan Merak-Panjang, Banyuwangi-Gilimanuk, Ujung-Kamal, dan Palembang-Kertapati. Tiket kapal seringkali digabungkan dengan tiket KA. Penumpang dapat membeli tiket untuk layanan Jakarta-Bandar Lampung yang didalamnya termasuk tiket untuk kapal Merak-Panjang.  Dinas Pelayaran DKA berkantor di daerah Dago, Bandung.
Pelayaran Merak-Panjang oleh DKA dibuka kembali pada 2 April 1952. Untuk lintas pelayaran ini, awalnya DKA menyewa kapal ke Jawatan Pelayaran. Apabila kapal yang disewa mengalami kerusakan/sedang dalam perbaikan, Jawatan Pelayaran akan menyediakan kapal ganti. Sebelum Perang Dunia Kedua, rute ini dilayani oleh kapal dari perusahaan KPM. Agar tidak terlalu bergantung pada Jawatan Pelayaran, pada 1958/59 DKA memesan 3 unit kapal. Ketiganya adalah KM Bukit Barisan, KM Halimun, dan KM Krakatau. Kapal pertama, KM Bukit Barisan, mulai berdinas pada 1 Oktober 1959.
Foto-foto Upacara Pembukaan Kembali Hubungan Kapal Merak-Panjang, 2 April 1952. Diambil dari buku Sejarah Perkembangan Pemerintahan Sumatera Selatan yang discan oleh Minkadel @keretadeli :

Selain Merak-Panjang, DKA juga melayani angkutan penyebrangan antara Kertapati-Palembang. Pada 20 April 1951, KM Reni resmi digunakan oleh DKA untuk melayani rute Kertapati-Palembang. Kemudian pada 20 November 1952, KM Cendrawasih resmi melayani rute yang sama dengan KM Reni. Rute pelayanan yang gemuk bagi DKA adalah rute Ujung-Kamal, dimana volume angkutannya melebihi rute Merak-Panjang. Selain Kapal Feri, DKA juga mengoperasikan beberapa Kapal Tunda yang bertugas memandu kapal yang akan memasuki pelabuhan. Per 24 April 1963, KM Kintamani ditambahkan ke lintas pelayaran Banyuwangi-Gilimanuk atas arahan dari Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan Pariwisata Letjen GPH Djatikusumo.

Pada 1978, PJKA mengoperasikan 10 kapal feri, yaitu :

  1. Merak-Panjang : Bukit Barisan, Halimun, Krakatau
  2. Banyuwangi-Gilimanuk : Kintamani, Blambangan
  3. Ujung-Kamal (Surabaya-Madura) : Judanegara, Maduratna, Pramarta, Bangkalan, Pamekasan

Penumpang pemegang tiket terusan akan berpindah moda dari kapal ke kereta, ataupun sebaliknya. Sebagai contoh, untuk rute Tanahabang-Palembang. Penumpang akan naik KA menuju Merak, kemudian naik kapal ke Panjang. Tiba di Panjang, penumpang akan naik KA menuju Kertapati. Kemudian penumpang berpindah dari KA ke kapal menuju pusat kota Palembang.

KM Bukit Barisan di Pelabuhan Merak. Koleksi Bpk Harriman Widiarto

Manajemen PJKA mengalami kesulitan dalam mengelola penyebrangan yang ditanganinya. Hal ini diakibatkan karena kurangnya biaya dan tenaga ahli. Lintas penyebrangan PJKA yang ditutup pertama kali adalah penyebrangan Palembang-Kertapati. Lintas ini dirasa tidak lagi berguna, dan kapal yang digunakan dirasa sudah tua. Seiring dibukanya Jembatan Ampera, koneksi jalur darat antara Palembang-Kertapati sudah tersedia, yang membuat penyebrangan dengan kapal dirasa tidak lagi diperlukan.

Kapal-kapal yang dioperasikan oleh Dinas Pelayaran DKA/PNKA di era 1960an :
Pada 1977, swasta mulai masuk ke lintas penyebrangan Ujung-Kamal, dengan armada awal KM Jokotole. PJKA sempat merencanakan untuk membuat Ferry Train antara Merak-Srengsem (Lampung). Berbeda dengan ferry rute Merak-Panjang, Ferry Train Merak-Srengsem dapat dimasuki oleh kereta/gerbong. Jadi, kereta/gerbong dinaikkan ke kapal. Namun, rencana ini tidak terealisasi. Penyebrangan Merak-Panjang akhirnya dihentikan pada 1989. Dinas Pelayaran sendiri akhirnya bubar akhir setelah kapal-kapal milik PJKA diberikan ke ASDP (Angkutan Sungai dan Penyebrangan) sebagai bentuk PMN (Penyertaan Modal Negara) saat ASDP didirikan.
Referensi :
Panitia Buku 20 Tahun Indonesia Merdeka. 1965. 20 Tahun Indonesia Merdeka. Departemen Penerangan Republik Indonesia
Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2. Penerbit Angkasa:Bandung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini