Menu Tutup

Rencana Pembelian Lokomotif Diesel Oleh DKA

Penurunan 2 unit CC200 pertama. Diambil dari Het Nieuwsblad voor Sumatra, 14 September 1953

Setelah kontrak pembelian CC200 ditandatangani pada Desember 1951, DKA langsung menyusun rencana pembelian lokomotif diesel serta railbus pada 1952. Rencana ini dibuat dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi lokomotif pada waktu itu.

Pada 1952, DKA kekurangan 210 lokomotif kecil dan 78 lokomotif menengah untuk memenuhi rencana perjalanan kereta api per September 1952. Lokomotif uap yang tersedia sebagian besar juga berada dalam kondisi yang tidak terlalu baik.

Dinas Traksi DKA kemudian memberi usulan untuk membeli lokomotif diesel guna menutupi kekurangan lokomotif yang dihadapi DKA. Untuk kebutuhan lintas-lintas sekunder/cabang, diusulkan pembelian railbus dan lokomotif langsir yang “sederhana construksinja”. Usulan Dinas Traksi kurang lebih sebagai berikut :

  1. Kekurangan 78 unit lok uap menengah ditutup dengan 60 unit lok diesel hidrolik menengah
  2. Sebagian dari kekurangan 210 lok uap kecil, misalnya 75 unit, ditutup dengan pengadaan 60 lok diesel hidrolik kecil
  3. Sisa kekurangan lokomotif sebanyak 135 unit ditutup dengan pengadaan 80 unit lokomotif diesel elektrik dan railbus beserta trailernya.
  4. Menindaklanjuti poin 3, tahun ini (1952) segera dibuatkan spesifikasi dan dimintakan inschrijvingen (pendaftaran tendernya).

Menindaklanjuti usulan tadi, Kepala Dinas Traksi, Ir. Otong Kosasih kemudian berangkat ke Eropa untuk studi banding, didampingi oleh Ir. H.I.G Loven. DKA juga sudah mempertimbangkan poin 1 dan 2 usulan Dinas Traksi. Pada 31 Maret 1952, diusulkan pesanan 60 lokomotif DH menengah dan 60 lok DH kecil dibagi ke dua pabrikan, yakni ke Krupp dan Henschel. Rincian pesanannya sebagai berikut :
A. Henschel , mesin Maybach MD435, transmisi dari Voith

  • 30 lok DH 1300 hp dengan dua mesin dan dua koppeling hidrolik, harga masing-masing DM (Deutches Mark) 757.500 , total DM 22.752.000
  • 30 lok DH 650 hp dengan satu mesin dan satu koppeling hidrolik. Harga dibanderol DM 451.500, total DM 13.545.000

B. Krupp, mesin MAN L12-17.5/21 , transmisi dari Krupp

  • 30 lok DH 1300 hp dengan dua mesin dan dua koppeling hidrolik. Harga DM 790.220, total DM 23.706.000
  • 30 lok DH 650 hp dengan satu mesin dan satu koppeling hidrolik. Harga dibanderol DM 432.000 , total DM 12.960.000

Pengadaan 120 unit lokomotif dengan spesifikasi seperti di atas akan memakan biaya sebesar DM 72.930.000, atau Rp. 238.043.520 . Apabila pengadaannya terealisasi, DKA harus membayarkan uang sebesar Rp. 78.300.000 pada 1952, tidak lama setelah pesanan dibuat. Sisa yang harus dibayar akan dicicil pada 1953 dan 1954.

Untuk pengadaan 80 unit lokomotif diesel elektrik, perkiraan biaya dibuat dengan asumsi harga 1 lokomotif Rp. 750.000, total keseluruhan Rp. 60.000.000 . Sementara pengadaan railbus diestimasikan seharga Rp. 600.000 per unitnya, total Rp. 21.000.000. Total pengadaan 80 unit lokomotif diesel elektrik dan 35 unit railbus sebesar Rp. 104.000.000, termasuk biaya cadangan dan biaya pengapalan ke Indonesia.

Rencana tinggalah rencana. Kondisi keuangan negara di awal 1952 sangat tidak memungkinkan untuk rencana ini terwujud. Perbaikan lintas yang sangat dibutuhkan DKA juga tidak mampu dipenuhi secara maksimal oleh negara. Rencana ini berakhir menjadi mimpi yang tidak terwujud akibat kondisi keuangan negara yang tidak memungkinkan. Pengadaan lokomotif diesel selanjutnya pada era 1950an menghasilkan 35 unit BB200 pada 1957,  serta 30 unit BB300 dan 30 unit D300 pada 1958.

Sumber : Rentjana Pembelian Lokomotip2 untuk Djawa dengan Alasan2 Urgensinja, koleksi Bpk. Krisnaharel B. S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini