KA Tatar memasuki emplasemen Kertosono, 6 Oktober 1980. Foto : Werner Brutzer
Jalan panjang Matarmaja diawali pada 1976, saat PJKA meluncurkan KA Maja relasi Jakarta-Madiun via Yogyakarta. Maja merupakan kereta kelas 3/ekonomi, yang cukup diminati oleh masyarakat. Pada April 1979, merespon permintaan pasar, PJKA meluncurkan Feeder/Sambungan KA Maja relasi Madiun-Blitar. Feeder ini diberi nama Tatar.
Seperti terlihat pada foto utama, Tatar memiliki stamfomasi 1 BW + 3 CW. Di kemudian hari, jumlah BW ditambah, menjadi 2, sementara jumlah CW tetap. Untuk dinasan Tatar, lok BB303 38/39 “dipinjamkan” ke Dipo Lok Madiun. Kedua lok ini berasal dari Dipo Lok Jember, dimana BB303 39 menarik KA Tatar pada perjalanan perdananya. Pada saat diluncurkan, tiket KA Tatar relasi Blitar – Gambir dibanderol sebesar Rp. 3500. Sesampainya di Madiun, rangkaian KA Tatar digabung dengan rangkaian KA Maja. Periode 1979-1982, dapat dikatakan nama KA ini menjadi Tatar-Maja. Tatar-Maja merupakan KA Campuran Kelas 2-Kelas 3.
Tatar-Maja sempat mengalami kecelakaan pada 21 Januari 1981, dimana KA 21 Tatar-Maja bertabrakan dengan KA 20 Senja IV (Gambir-Yogyakarta) di antara Kebasen-Notog (detil peristiwa ini dapat dilihatĀ disini).
Pada 1983, Tatar-Maja diperpanjang ke Malang, dan namanya diubah menjadi Matarmaja (bukan Mataremaja). Matarmaja merupakan akronim/singkatan dari Malang-Blitar-Madiun-Jakarta. Awalnya, rangkaian KA Matarmaja dipecah di Madiun, dimana sebagian CW/K3 Matarmaja dilepas, serta lok diganti dari CC201 menjadi BB301. Pergantian ini dilakukan karena CC201 tidak dapat masuk ke lintas Kertosono-Malang karena tekanan gandarnya melebihi tekanan gandar lintas. Prosesi pecah rangkaian dan tukar lok kemudian dipindah ke Kertosono. Prosesi pecah rangkaian kemudian dipindah ke Blitar, sementara lok ditukar di Lempuyangan atau Madiun/Kertosono. Pemecahan rangkaian merupakan bagian dari “penjatahan” kursi agar penumpang dari stasiun tempat rangkaian dipecah dapat terangkut apabila KA sudah penuh dari stasiun awal. Matarmaja sendiri termasuk ke dalam KA Unggulan di era PJKA, menempati nomor belasan awal (13 dan 14 pada 1989). Nomor Matarmaja baru “melorot” di era 1990an.
Sekitar 1990, Matarmaja sempat diubah rutenya menjadi Malang-Semarang-Jakarta, namun dikembalikan menjadi Malang-Yogyakarta-Jakarta sekitar 1992. Matarmaja kembali diubah rutenya sekitar 1999, seiring dengan munculnya Gajayana. Rute Matarmaja kembali diubah menjadi Malang-Semarang-Jakarta, dan bertahan hingga saat ini. Kelas Bisnis pada Matarmaja dihapus sekitar 2002, bersama dengan dihapusnya Kelas Bisnis pada Logawa.