Menu Tutup

GW-151, Tukang Lompat Buatan Belanda

Sebagai bagian dari program modernisasi sarana, PNKA mendatangkan 398 unit gerbong barang tertutup seri GW-151xxx (oleh PJKA disebut tipe T22) dari pabrikan Werkspoor, Utrech, Belanda. Gerbong barang ini bergandar dua dan dilengkapi dengan rem udara tekan. Bentuk fisiknya cukup khas, atapnya melengkung, dan dindingnya tidak rata. Gerbong ini memiliki kapasitas muatan maksimal 15 ton. Gerbong seri ini memiliki bordes kecil berpagar besi pipa dengan rem tangan. Bordes ini digunakan oleh PLRM (Pelayan Rem) untuk memutar rem tangan di gerbong yang rem udaranya sudah tidak berfungsi.

Data Teknis :
Panjang : 8160 mm (tidak termasuk coupler)
Lebar : 2460 mm
Tinggi : 3295 mm (dari kepala rel)
Jarak antar as roda : 4000 mm
Tinggi coupler : 760 mm
Berat kosong : 7,60 ton
Kapasitas Muatan : 15,00 ton​
Volume gerbong : 31,2 meter kubik

GW seri 151 tiba di Indonesia sekitar 1966/67, dan langsung digunakan. GW seri 151xx digunakan sebagai gerbong KA BT (Barang Tjepat), baik BT Utara maupun BT Selatan. Selain itu, GW-151 juga digunakan di KA Barang lain seperti KA Barang TRS (Terusan) maupun KA Semen. Namun demikian, pengguna utama GW seri ini adalah KABAT/KA Barang Tjepat.

KA BT (Barang Tjepat) Selatan di Purwosari. Foto : Alm. M.V.A Krishnamurti
Gerbong ini menggunakan pegas daun sebagai suspensi utamanya. Aslinya, gerbong jenis ini sudah mengunakan rem udara tekan. Namun di kemudian hari rem udara tekannya seringkali tidak berfungsi sehingga pengeremannya harus dilakukan secara manual oleh PLRM (Pelayan Rem). PJKA berani mematok kecepatan maksimal gerbong ini 75 km/jam dalam kondisi rem udara tekannya masih berfungsi. Namun, prakteknya gerbong ini maksimal hanya melaju 50-60 km/jam saja.
Semasa digunakan untuk dinasan KA Barang Cepat, terutama Barang Cepat Utara (SBI-KPB/JAKG), gerbong ini sering anjlok. Terkadang gerbong yang anjlok ini menyeret gerbong lain sehingga yang terjadi adalah beberapa gerbong anjlok dan bahkan terguling. Mulai pertengahan 1990an, gerbong jenis ini ditukar dengan gerbong GGW yang lebih stabil dan lebih besar kapasitas muatnya. Banyak gerbong jenis ini yang kemudian dimutasi ke Maos, menggantikan posisi GGW yang ditarik untuk dinasan Barang Cepat. GW jenis ini di Maos tidak terlalu sering anjlok. Hal ini mungkin menjadi clue kenapa GW jenis ini mudah anjlok saat berada di Pantura. Secara lintas memang lintas Pantura pada waktu itu kualitasnya cukup buruk. Hal ini ditambah dengan persebaran muatan yang tidak rata pada KA Barang Cepat. Karena komoditas yang diangkut beragam, setiap gerbong memiliki muatan yang berbeda, dan diposisikan secara berbeda pula. Hal ini berbeda dengan KA Semen yang muatannya seragam dan posisi muatannya tidak jauh berbeda. Muatan yang beratnya seragam dan posisinya seragam membuat gerbong menjadi lebih stabil saat berjalan di lintas. ​GW-151xx pensiun sering dilarangnya gerbong gandar dua beredar sekitar tahun 2009/2010. Banyak gerbong-gerbong seri 151xx yang sudah mangkrak, ditumpuk diluar rel, bahkan dirucat. GW-151xx sudah mengabdi sekitar 40 tahun, sebelum akhirnya dipensiunkan.
GW-151 rangkaian KABAT yang anjlok di Sraturejo, Baureno, November 1977. Koleksi Perpustakaan Nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini