Sunan Pakubuwono X, Raja Kasunanan Surakarta, memiliki sebuah kereta jenazah (Praalwagen) yang dipesan ke pabrikan Werkspoor, Belanda. Kereta jenazah ini memiliki gauge/lebar rel 1435 mm, dan khusus disiapkan untuk pemakaman Sunan yang berjuluk Sunan Sugih ini.
Kereta ini “mulai berdinas” pada 1914, dengan nomor pabrik 19343. Kereta ini bergandar dua dengan suspensi utama per daun. Kereta ini saat ini menggunakan coupler ganco. Aslinya, kereta ini menggunakan copler kait+buffer yang digunakan oleh sarana NIS yang memiliki gauge 1435 mm.
Dinasan sebenarnya dari kereta ini hanya terjadi sekali, saat Sunan Pakubuwono X wafat pada 1939. Pada 22 Februari 1939, kereta ini dirangkaikan ke KLB Khusus yang membawa rombongan pengiring jenazah Pakubuwono X. Pakubuwono X dimakamkan di Imogiri, dan KLB Khusus ini membawa jenazah beliau dari Solo menuju Yogyakarta, kemudian menuju Pasar Gede. Dari Pasar Gede, jenazah kemudian dibawa dengan kereta kuda.
Setelah dinasan KLB Khusus Pemakaman Pakubuwono X, kereta jenazah ini kemudian disimpan di Balai Yasa Yogyakarta. Kereta Jenazah ini kemudian “terlupakan”, berdiam di emplasemen luar Balai Yasa Yogyakarta selama bertahun-tahun. Penjajahan Jepang, serta Perang Kemerdekaan tidak mempengaruhi kereta ini. Kereta ini tetap berdiam di emplasemen Balai Yasa. Hingga akhirnya pada 1970, kereta ini ditarik masuk ke loos untuk menjalani perbaikan. Perbaikan meliputi regauge, dari 1435 mm ke 1067 mm, serta perbaikan kosmetik agar kereta ini tampil baik kembali. Kereta ini kemudian diboyong ke Jakarta untuk mengikuti peringatan 25 Tahun PNKA, dipamerkan di Gambir. Setelah acara ini selesai, kereta ini kembali ke “habitatnya”, emplasemen luar Balai Yasa, dan kembali terlupakan.
Sekitar 1989, kereta ini ditarik masuk ke dalam loos Balai Yasa Yogyakarta untuk diperbaiki. Kabarnya, sempat terjadi sedikit sengketa antara Ibu Negara dengan Keraton Surakarta akibat kereta ini. Ibu Negara berencana memindahkan kereta ini ke TMII, sementara Keraton Surakarta masih merasa jika kereta ini adalah pusaka keraton, dan tidak menghendaki hal demikian. Akhirnya, Ibu Negara mengalah, kereta ini direstorasi dengan dana Pemerintah Pusat dan akan dipajang di kompleks Keraton Surakarta.
Restorasi berlangsung cukup lama. Selama proses restorasi, sekeliling kereta ini ditutup kain putih. Tidak sembarang orang boleh masuk, pekerja yang mengerjakan restorasi juga dipilih. Sebelum proses restorasi dimulai, beberapa ritual seperti selamatan diadakan. Proses restorasi kabarnya juga diawasi oleh Pejabat Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Setelah hampir 10 tahun, pada hari Kamis, 8 Oktober 1998, kereta ini diberangkatkan ke “rumah lamanya”, Solo. Dari segi mistis, kabarnya kereta ini memiliki “penghuni” yang betah di Yogyakarta, menemani pemiliknya yang dimakamkan di Yogyakarta. Dalam proses penarikan ke loos, kereta ini ditarik oleh D301. Awalnya, D301 ini kesulitan untuk menarik kereta ini, bahkan, kereta ini tidak bergerak sedikitpun. Setelah melakukan sedikit ritual, kereta ini akhirnya “mau” ditarik ke dalam loos. Dalam proses pengirimannya, BB300 03 yang menghela kereta ini juga kewalahan, seakan-akan sedang menarik beban berat.
Saat ini, kereta jenazah ini dipajang di Alun-alun Kidul Kasunanan Surakarta.
Tulisan Yoga Bagus Prayogo Cokro Prawiro seputar kereta ini dapat dibaca di :
Rangkaian KLB Khusus Pemakaman PB X :
https://jalanbaja.wordpress.com/2020/04/28/perjalanan-terakhir-soesoehoenan-van-soerakarta-pakubuwana-x/
Restorasi bagian 1 :
https://jalanbaja.wordpress.com/2020/04/06/restorasi-kereta-praalwagen-pb-x-bagian-1/
Restorasi bagian 2 :
https://jalanbaja.wordpress.com/2020/04/28/restorasi-kereta-praalwagen-pb-x-bagian-2/
Video Kisah Proses Restorasi oleh Kereta Nostalgia :