Menu Tutup

Bima Kunting III, Lok Diesel Elektrik Made in Jogja

Foto : Bima Kunting III di Taman Benteng Vredeburg

Setelah membuat Bima Kunting I dan II, PNKA melalui Balai Karya (Kini Balai Yasa) Yogyakarta membuat satu lagi lokomotif seri Bima Kunting. Bima Kunting III mulai berdinas pada 14 Juni 1965.

Bima Kunting II memiliki ukuran sebagai berikut :

  • Panjang : 6300 mm
  • Lebar : 2500 mm
  • Tinggi : 3400 mm
  • Jarak Antar Gandar : 3000 mm
  • Berat Kosong : 18,7 ton
  • Berat Siap : 19 ton

Nama Bima Kunting sendiri diberikan oleh Sultan Hamengkubuwono IX pada 1960, saat Balai Karya Yogyakarta membuat sebuah lokomotif dengan lebar rel 600 mm. Bima Kunting berarti Kecil Namun Kuat, serta nama lain dari tokoh pewayangan Raden Setyaki. Bima Kunting III sendiri didesain oleh Kepala Balai Karya Yogyakarta, Ir. Mardjono.

Bima Kunting III menggunakan mesin Mercedes Benz M204B dengan daya 120 pk. Generator yang digunakan bermerk Hanza dengan kapasitas 80 kVA/230 Volt DC. Traksi motor yang digunakan bertipe GE-761 yang dimodifikasi. Tipe yang sama digunakan oleh CC200. Traksi motor dipasang dengan posisi saling membelakangi. Kompresor yang digunakan bertipe V2. Selain itu, Bima Kunting III juga dilengkapi dengan baterai NIFE 19 cell 24 Volt. Radiatornya menggunakan kipas, sementara motor starternya sudah elektrik.

Bagian Roda

Frame Bima Kunting III diambil dari lokomotif C15 yang tidak terpakai. Bima Kunting III memiliki kapasitas bahan bakar 150 liter dalam dua tangki. Untuk pelumas, Bima Kunting III menggunakan pelumas DTE 4DR sebanyak 60 liter. Bima Kunting III dapat dipacu hingga 45 km/jam.

Tangki Bahan Bakar dan Tangki Angin

Semasa hidupnya, Bima Kunting III hanya digunakan sebagai lok langsir di Balai Yasa Yogyakarta. Bima Kunting III digunakan untuk melangsir lokomotif maupun KRD yang menjalani perawatan di Balai Yasa Yogyakarta. Kekuatan tarik lok ini sendiri hanya berkisar sekitar 200 ton. Bima Kunting III sempat dipamerkan di ajang Afro-Asian Railway Conference pada 1965 dan Pameran Produksi Indonesia pada 1985. Bima Kunting III tidak lagi digunakan sejak sekitar 1980an akhir dan dikebunkan di Balai Yasa Yogyakarta.

Pada 2014, Bima Kunting III direstorasi. Setelah direstorasi selama 41 hari, Bima Kunting III kemudian dibawa ke Benteng Vredeburg sebagai pajangan di bagian depan Benteng. Sayangnya, dalam proses restorasi ini terdapat kesalahan berupa penggunaan livery krem hijau. Bima Kunting III selama berdinas tidak pernah menggunakan livery krem hijau, melainkan menggunakan livery biru muda dengan garis putih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Diperbolehkan Menyalin Isi Laman Ini