Foto : Werner Brutzer
C2856 merupakan salah satu lokomotif yang disimpan di Depo Lokomotif Jatibarang, selain beberapa unit B13. Pada 1 Oktober 1980, Werner Brutzer (Railfan Jerman) mengunjungi Dipo Jatibarang. C2856 kemudian ditarik oleh D52 untuk dipotret di pelataran depo. Dari kondisi lok saat dipotret Werner Brutzer, C2856 sudah cukup lama tidak digunakan.
Foto lainnya yang dipotret Werner Brutzer :
C2856 seharusnya merupakan lok asuhan Cirebon, disimpan di Jatibarang bersama B13 yang melayani lintas Jatibarang-Indramayu. C2856 kemungkinan besar dipensiunkan dan dipindah ke Jatibarang untuk disimpan, mengingat Depo Cirebon memiliki tempat yang terbatas. C2856 kemudian dibiarkan tertidur di Jatibarang selama lebih dari lebih dari 20 tahun.
Saat terjadi perucatan massal lokomotif uap pada akhir 1980an, C2856 sama sekali tidak tersentuh. Berbeda dengan B13 yang dijagal habis di Jatibarang, C2856 tidak disentuh sama sekali. Saat perucatan sisa lok uap pada era 1990an-awal 2000an, C2856 juga selamat.
Pada 21 April 2002, Bapak Budi Bahariawan S, seorang railfan senior, mengunjungi Dipo Jatibarang. C2856 masih ada disana, walaupun dalam kondisi sudah dipreteli sebagian komponennya. Berikut foto-foto yang diambil oleh Bpk. Budi Bahariawan S. :
Nampak smoke deflector sudah dilepas, stang kopel sudah dilepas, serta tangki air sudah dibongkar. Sayangnya, nasib baik tidak menimpa C2856. Entah atas pertimbangan apa, C2856 akhirnya dirucat saat Dipo Jatibarang diratakan oleh Ditjenka untuk pembangunan Gudang Ditjenka Jatibarang saat proyek double track Cikampek-Cirebon berlangsung. Tidur panjang C2856 selama 20 tahun lebih pun berakhir, menyisakan foto sebagai bukti jika lok ini ada.
Mengutip komentar Bpk. Budi Bahariawan S. pada laman lama Roda Sayap :
“Sekadar meluruskan wkt sy berkunjung ke Dipo JTB 21 April 2002 bersama pak Widoyoko. Jd lok uap C2856 tsb pd thn 2002 kondisinya msh relatif baik dibandingkan lok uap C2801 yg berada di Dipo KW pd thn 2002 tsb. Kami lgs melaporkan hsl kunjungan ke Dipo JTB tsb lgs kpd Kadaop 3 CN wkt itu yaitu alm. Suhandrio Harjadi. Pd saat kami berkunjung ke KS JTB utk minta izin ke Dipo JTB tsb, sempat dihambat oleh KS JTB pd saat itu yaitu Bp. G (nama disamarkan-editor). Kami pun sempat ditakut – takuti klo Dipo JTB saat itu jd sarang preman ktnya. Sy blg sy tdk takut dgn preman & itu akan jd resiko kami nanti. Kemudian pak Widoyoko sempat wkt itu mengajukan secara lisan dahulu soal keberadaan lok uap C2856 ini ke ktr pusat PTKA. Bahkan ada respon klo C2856 wkt itu yg akan di preservasi utk monumen didpn ktr pusat PTKA di BD. Tp pd akhir thn 2002 stlh IRPS kami dirikan pd tgl 25 Juni 2002, lok uap C2856 tsb sdh makin memprihatinkan kondisinya. Sy sempat lapor ke Kadaop 3 CN wkt itu alm. Suhandrio Harjadi, & sy curiga KS JTB wkt itu terlibat rucat lok uap tsb.
Kami pd saat di Dipo JTB sempat bertemu dgn bpk tua yg tinggal di Dipo JTB tsb & ternyata pensiunan pegawai KA. Malah sementara pak Widoyoko mengobrol dgn org tua tsb utk mencari informasi, sy berkeliling Dipo JTB utk cek sikon disana yg ktnya KS JTB ada premannya. Ternyata sy cek tdk ada preman yg ada cuma petani yg lg istirahat yg menggarap lahan milik PTKA di blkg Dipo JTB.
Pd thn 2003 ketika sy akan mengadakan acara Friends Of CC200 di Dipo CN, & sy bbrp kali bolak balik ke ktr Kadaop 3 CN utk koord. ren. kegiatan acara FOCC 200 tsb, ternyata pak G mantan KS JTB ada diktr Kadaop 3 CN tp tdk ada jabatan. Yg sy dengar ktnya wkt itu krn ada mslh rucat lok uap tua di Daop 3 CN (mungkin krn kami laporan ke Kadaop 3 CN & hingga ke ktr pusat PTKA soal keberadaan C2856 tsb). Demikian sekilas info soal lok uap C2856 di thn 2002 smg bermanfaat.”